Untuk Apa Kekuasaan?
Shalat lima waktu ini adalah perintah Allah yang istimewa. Karena ia diwajibkan ketika Rasulullah melakukan isra’ mi’raj. Sebuah perjalanan menuju Allah yang ‘di luar akal manusia.’
Walhasil, bila hubungan dengan Tuhannya bagus, insyaallah hal-hal lainnya yang menyangkut masalah keduniaan juga bagus, alias mudah diatasi.
Karena itu, Al-Qur’an menempatkan tugas memakmurkan rakyat ini tugas yang kedua. Yaitu menegakkan zakat. Kenapa al Quran menggunakan kata zakat bukan pajak? Ya karena hanya dengan zakat (plus infak) rakyat bisa sejahtera. Pajak tidak bisa menyejahterakan. Dalam dunia pajak yang terjadi –seperti kini kita saksikan—yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Petugas-petugas pajak banyak yang korup dan memperkaya diri sendiri.
Bila pajak ‘ditarik untuk seluruh rakyat’, maka zakat hanya untuk orang kaya. Zakat hanya untuk orang-orang yang mampu. Mereka yang miskin atau tidak mampu, diberi zakat. Selain zakat, pemimpin sebuah negara juga harus menggalakkan infak, menggalakkan sedekah.
Tentu perintah zakat atau infak ini akan efektif, apabila pemimpin itu sendiri memberi contoh. Bila pemimpinnya berfoya-foya memperkaya diri sendiri, malas zakat dan sedekah, maka tidak mungkin perintah zakat ini efektif di masyarakat. Bila pemimpinnya suka berzakat atau bersedekah maka rakyat akan mengikutinya.
Kebiasaan zakat atau sedekah ini akan membuat pemimpin empati kepada rakyat miskin. Ia tidak akan menumpuk kekayaan baik bagi diri, keluarga atau kelompoknya. Seperti kita banyak lihat pemimpin sekarang.
Pemimpin itu akan dengan senang hati hidup sederhana. Ia menangis kalau rakyatnya ada yang tidak makan, tidak punya rumah atau tidak bisa menuntut ilmu. Ia empati kepada rakyat miskin, rakyat jelata. Bukan empati kepada rakyat yang kaya sebagaimana banyak pemimpin sekarang.
Inilah rahasianya negara itu makmur. Sebagaimana kita saksikan di negara Madinah di masa Rasulullah, atau di masa Khalifah Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Rasulullah selalu perhatian kepada orang miskin tiap hari. Begitu juga dengan dua khalifah yang mulia itu.
Dua khalifah atau dua Umar itu, hidupnya sederhana, padahal saat keduanya memerintah, baitul mal kaya raya. Bandingkan dengan banyak pemimpin sekarang. Mereka tahu negara sedang kosong bahkan minus kasnya, tapi mereka terus menerus hidup bermewah-mewah. Kemewahan dirinya, keluarga dan kelompok kecilnya.
Dengan kehidupan sederhana dan empati pada orang miskin yang ada pada diri pemimpin, maka rakyat akan melihat dan mencontoh tingkah laku pemimpin itu. Karena itu kehidupan adil dan makmur dapat terlaksana di negeri itu.
Kehidupan adil dan makmur tidak mungkin terlaksana bila para pemimpin negara itu hidup berfoya-foya, sementara jutaan rakyatnya menderita dalam kemiskinan.
Apa tugas pemimpin berikutnya yang diamanatkan Al-Qur’an? Amar makruf nahi mungkar. Menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.