Untuk Apa Menulis?
Buku karya dua wartawan top dunia itu diterjemahkan Mizan dengan judul: Perang Demi Uang, Kebusukan Media, Politikus dan Pebisnis Perang pada 2005.
Seorang wartawan, selain harus mempunyai idealisme, ia juga harus bersikap jujur. Sekali wartawan berbohong, maka publik akan hilang kepercayannya. Jujur adalah prinsip utama yang harus dipegang wartawan, meskipun risikonya ia harus dipecat dari kantornya atau peluru tentara membunuhnya.
Di tanah air, kita ingat kasus wartawan Udin yang mengungkap tentang skandal uang Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo pada 1996. Fuad Muhammad Syafrudin, wartawan Bernas Yogyakarta meninggal dunia pada 16 Agustus 1996. Ia dianiaya orang yang tidak dikenal pada 13 Agustus 1996 di rumahnya di dusun Samalo Jl Parangtritis KM 13 Patalan Bantul Yogyakarta. ‘Orang asing’ itu masuk rumah Udin dan kemudian menghantam kepala Udin dengan keras, sehingga menimbulkan luka parah di kepalanya. Sampai tulisan ini dibuat, belum ada kejelasan yang sebenarnya tentang kasus Udin ini.
Selain mempunyai niat yang benar, punya idealisme dan jujur, seorang penulis atau wartawan, harus mempunyai ilmu yang luas.
Wartawan harus mempunyai rasa ingin tahu yang lebih dari masyarakat umumnya. Wartawan harus senang berdiskusi, mencari ilmu dimanapun atau membaca buku. Dengan kata lain, ia bukan hanya harus suka baca buku, tapi tamak baca buku.
Ia harus bersikap seperti seorang guru dan detektif. Sebagai guru, seorang wartawan bertugas mendidik masyarakatnya agar menjadi lebih baik. Ia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada masyarakatnya, sehingga masyarakatnya menjadi lebih cerdas.
Sebagai seorang detektif, wartawan bukan hanya menyajikan fakta atau peristiwa. Tapi berusaha sekuat mungkin menyibak apa yang di balik fakta atau peristiwa.
Tentu wartawan tidak bisa mengungkapkan ilmu, fakta atau peristiwa yang diketahuinya, karena keterbatasan halaman atau waktu penayangan. Karena itu wartawan harus dapat memilih mana ilmu, fakta atau peristiwa yang terpenting yang akan disajikannya ke masyarakat.
Al-Qur’an menyatakan: “(Kaum terpelajar) yaitu orang-orang yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik.”
Maka jangan heran, wartawan yang cerdas adalah teman baik presiden, menteri, gubernur, ustadz dan lain-lain. Para pejabat pemerintah itu butuh wartawan, karena mereka dengan kesibukannya, kadang-kadang tidak sempat untuk menambah ilmu atau mengetahui banyak peristiwa ‘di luar’. Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat, Penulis buku “Tokoh-Tokoh Islam yang Melukis Indonesia”.