Virus Liberalisme di Balik Pesta Seks ABG
Menyesakkan dada. Itulah yang penulis rasakan membaca berita viral pesta seks 37 pasang remaja yang diduga anak SMP. Sebagaimana diberitakan kompas.com, 10/7/2020, sedikitnya 37 pasang anak di bawah umur diduga menggelar pesta seks di kamar hotel.
Penangkapan 37 pasang ABG ini dilakukan tim gabungan TNI/Polri bersama pemerintah Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Dari penangkap tersebut, ditemukan barang bukti sekotak kondom, obat kuat dan minuman keras. Mirisnya, aparat juga menemukan ada satu perempuan dan enam laki-laki dalam satu kamar hotel.
Kasus 37 pasang ABG berpesta seks menambah daftar panjang kerusakan generasi. Masa remaja dalam jendela SMP, semestinya bukan hanya masa penuh tawa, tapi juga masa penuh perjuangan. Namun kini, tidak sedikit remaja yang terseret dalam pusaran seks bebas. Menghamba pada hawa nafsu yang menjerumuskannya pada kubangan dosa.
Virus liberalisme di balik pesta seks ABG, terbukti ampuh menginfeksi generasi. Merusak akal generasi dengan kebebasan berpikir dan bertindak. Mencampakkan aturan agama. Menihilkan haram-halal. Demi kepuasan hawa nafsu yang semu dan fana.
Virus liberalisme kian mengakar dalam tubuh generasi, sebab negara tidak mampu melindungi. Sebaliknya negara seolah menjadi regulator dan fasilitator produk liberalisme. Lihatlah, bagaimana tontonan yang merusak remaja, lewat sebuah sinetron “Dari Jendela SMP”, dibiarkan bebas tayang dengan dalih edukasi reproduksi. Padahal gelombang penolakan keras disuarakan. Sementara pendidikan agama porsinya kian dikurangi dengan dalih moderasi.
Kerusakan generasi tidak terlepas dari sistem pendidikan hari ini. Sistem pendidikan berbasis karakter ala sekularisme, yang digadang-gadang mencetak generasi unggul. Faktanya telah gagal total. Alih-alih mencetak generasi unggulan, sistem pendidikan hari ini justru melahirkan generasi rentan iman dan problem maker. Generasi instan yang gagap dalam memecahkan problematika kehidupan. Generasi labil yang berorientasi materi demi memuaskan hawa nafsu sesaat.
Sistem pendidikan kehilangan arah dan tujuannya, bahkan tersesat dalam kurikulum sekuler. Alhasil, tidak hanya mencetak generasi yang jauh dari aturan agama, tapi juga merusak akal dan mencerabut fitrahnya. Kehilangan generasi terbaik sebagai pemimpin masa depan, menjadi ancaman serius bagi negeri ini. Maka, jika virus sekularisme-liberalisme terus saja dibiarkan menginfeksi. Siapkah kita kehilangan punggawa-punggawa umat ini?
Kasus menyesakkan dada ini, semestinya menjadi renungan dan perhatian kita bersama. Bahwa generasi hari ini membutuhkan sebuah sistem yang mampu menjaga akal dan mengembalikan fitrahnya. Sebuah sistem yang didesain secara ideal untuk mencetak generasi unggulan, tanpa menghilangkan nalurinya sebagai seorang hamba. Jelas, sistem ini bukan sistem abal-abal nan merusak buatan akal manusia yang lemah dan terbatas. Namun, sistem paripurna nan ideal berbasis tauhid yang bersumber dari kalamullah, yakni Islam.
Paradigma Islam memandang bahwa pendidikan adalah kebutuhan pokok dan vital bagi generasi. Untuk itu arah pendidikan menjadi hal yang penting dalam mendidik generasi. Sejatinya arah pendidikan ini sudah didesain secara luar biasa oleh Al-Khaliq Al-Mudabbir yakni Allah SWT.
Arah pendidikan generasi dalam Islam diarahkan pada dua aspek. Pertama, diarahkan untuk memahami hakikat penciptaannya, yakni untuk menghamba kepada Allah Swt.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku semata, tidaklah Aku menciptakan mereka agar mereka menjadikan sekutu bagi-Ku.” (TQS. Az-Zariyat [51]: 56).
Hal ini diarahkan untuk mencetak generasi yang taat dan takut terhadap perintah dan larangan-Nya. Generasi yang bermental baja, yang mampu membedakan haq dan bathil berdasarkan hukum syara. Sebab dirinya dihiasi iman dan takwa.
Kedua, diarahkan untuk memahami bahwa hakikat manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin.
Sebagaimana firman Allah SWT, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (TQS. Al-Baqarah [2]:30).
Arah pendidikan ditujukan untuk melahirkan pemimpin level dunia. Sebab Allah Swt. membekali manusia dengan syariah-Nya, yang membawa rahmat bagi seluruh alam, jika diterapkan secara kafah. Sehingga mampu menjadi pemimpin umat manusia di atas dunia.
Alhasil arah pendidikan ini mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam, yang mana menjadikan Islam sebagai standar pola pikir dan pola sikapnya. Generasi yang tidak hanya faqih fiddin, tapi juga melek sainstek dan inovatif. Generasi yang berjiwa pemimpin, peduli dan siap bertanggung jawab terhadap dirinya dan masa depan umat manusia.
Generasi terhebat ini lahir, ketika Islam tidak hanya diterapkan dalam aspek pendidikan saja. Namun juga, ketika Islam diterapkan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupan. Yakni mulai dari individu hingga dalam bingkai negara.
Jelas, dari jendela sekularisme, virus liberalisme menginfeksi generasi. Menghancurkan generasi terbaik umat ini. Maka, tidak dapat ditawar lagi, saatnya mendekap generasi kita kembali ke pangkuan Islam. Hanya Islam yang mampu mencetak punggawa-punggawa peradaban dunia. Mengantarkan negeri ini ke puncak kepemimpinannya. Wallahu’alam bishshawwab.
Jannatu Naflah
Praktisi Pendidikan, Ibu Generasi Hebat