INTERNASIONAL

Wapres Turki: Istilah Genosida Lebih Tepat Digunakan untuk Amerika Serikat

Ankara (SI Online) – Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay, mengatakan, istilah genosida bukanlah hal yang mudah digunakan. Istilah itu, kata dia, lebih tepat digunakan untuk Amerika Serikat (AS), dibandingkan kepada Turki.

“Istilah genosida sendiri bukanlah kata yang mudah digunakan oleh siapa pun. Jika kata genosida harus digunakan, itu harus digunakan untuk Amerika Serikat, bukan untuk Turki,” ujarnya, seperti dilansir Sputnik pada Ahad (2/5/2021).

Oktay menuturkan, keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengakui genosida Armenia oleh Kekaisaran Ottoman Turki dapat disebabkan dua alasan. Dia mengatakan, itu terkait dengan politik dalam negeri dan dorongan Washington untuk kembali ke panggung internasional.

“Saya kira, dia (Biden) mencoba menggunakan fenomena seperti itu sebagai alat untuk kembali ke salah satu bagian dunia. Dan saya sangat yakin bahwa dua alasan ini adalah awal yang salah bagi dia dan untuk kebijakan luar negeri AS,” ucapnya.

Baca juga: Turki Tolak Penyebutan Genosida atas Armenia oleh Biden

Menurutnya, hanya karena janji yang dibuat kepada orang-orang Armenia atau lobi yang berpengaruh, seseorang tidak boleh membuat keputusan bersejarah dan mengklaim sebuah bangsaatas genosida.

Pernyataan Oktay menyusul pernyataan sebelumnya yang dibuat oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan awal pekan ini. Di mana, dia mengungkapkan kekecewaan atas pernyataan Biden, yang menurutnya akan memiliki dampak yang merusak.

Baca juga: Biden Akui Genosida Armenia oleh Turki Utsmani

Erdogan memperingatkan AS agar tidak mempolitisasi peristiwa di masa lalu dan menekankan bahwa sejarawan, bukan politisi, harus memutuskan bagaimana memberi label pada mereka.

Dia juga menuduh bahwa inisiatif radikal dari lingkaran Armenia dan anti-Turki berada di balik keputusan Biden untuk mengakui genosida tersebut.

Pemimpin Turki itu menegaskan bahwa masalah genosida dapat diangkat sehubungan dengan banyak tindakan Amerika – dari perlakuan mereka terhadap masyarakat adat hingga perang AS di Vietnam dan Irak.

sumber: sindonews.com

Artikel Terkait

Back to top button