Wartawan Mujahid itu Mendului Kita
Ia juga peduli dengan perkembangan pemikiran Islam. Ketika pemikiran Islam INSISTS mengemuka di tanah air beberapa tahun lalu, ia memborong majalah Islamia dari edisi pertama sampai akhir.
Sekitar sebulan lalu, ketika ia membersamai Ketua Umum DDII yang baru Dr Adian Husaini, safari dakwah ke Jawa Timur ia bertanya kepada saya. Kok gak ikut? Saya jawab, gak diajak he he he…Tiga minggu lalu, ketika saya ada acara di Pesantren Elkisi, dia mengirim wa ke saya kok buru-buru pulang ke Depok, ia ingin bertemu dengan saya sebenarnya.
Meski Nurbowo ‘tidak sempat wisuda di IPB’, tapi kecerdasannya diakui. Kata tokoh NU KH Wahid Hasyim, kecerdasan laki-laki itu terlihat di balik penanya. Dan memang jarang wartawan yang tidak cerdas. Bila ia bodoh, maka ia tidak bisa menuangkan gagasannya dengan bagus lewat tulisan.
Kini sahabat kita yang baik hati ini telah pergi menghadap Allah SWT mendului kita. Ia telah banyak menorehkan karya. Tulisan-tulisannya tersebar dalam berbagai buku, majalah, tabloid, buletin dan lain-lain. Semoga karya-kayanya itu menjadi amal jariyah, amal shalih yang mengantarnya ke al Jannah di akhirat sana.
Sahabat kita ini meninggal dunia di masa yang ideal. Di waktu ketika ia bersama dengan pimpinan Dewan Dakwah lainnya, safari dakwah ke Sumatera. Tinggal kini kita bertanya pada diri kita sendiri: Apa yang kita tinggalkan bila sewaktu-waktu kita wafat?
Laki-laki kelahiran 29 Februari 1968 ini, meninggal dalam senyuman. Sebagaimana biasanya bila kita ketemu dengan dia, dia selalu tersenyum. Ia punya riwayat penyakit jantung.
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya),” (QS al Ahzab 23).
Nuim Hidayat, Sahabatnya