MAHASISWA

Waspada Pembajakan Potensi Pemuda!

Konsumerisme, menurut KBBI online, ialah paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat.

Faktanya sudah bertebaran di hadapan. Bagaimana tidak, setiap hari para pemuda disuguhkan kemewahan dan keglamoran di media sosial, dalam setiap gawai yang mereka genggam. Tentu dengan nilai simbol dan slogan-slogan yang begitu kental akan makna kebahagiaan yang materialistis.

Seperti ketika bisa mempunyai barang mewah, branded, eksis alias viral, terkenal dimana-mana, outfit kekinian, dan ukuran-ukuran materialistis lainnya.

Inilah kemudian yang menjadi sabuk penghantar pada upaya pembajakan potensinya. Berbagai serangan budaya yang ada sengaja di-setting untuk mendorong anak muda suka dan terus belanja.

Selaras dengan hasil survei oleh Credit Karma yang menemukan hampir 40% milenial menghabiskan uang yang tidak dimilikinya dan terlilit utang demi gaya hidup dan hubungan sosial (5/4/2018).

Pada ujungnya, kita akan mendapati bahwa para pemuda dibajak potensinya untuk kepentingan ekonomi, menggerakkan roda perekonomian.

Padahal sejatinya, potensinya yang begitu besar sebagaimana telah disebutkan di awal adalah modal penting yang akan menentukan wajah dunia di masa mendatang.

Kita tentu masih ingat akan fenomena yang beberapa waktu lalu berhasil menyedot perhatian publik. CFW alias Citayam Fashion Week, tongkrongan anak muda pinggiran yang kemudian berubah menjadi ajang berlenggak-lenggok memamerkan fesyen di tengah jalanan padat.

Kita juga telah menyaksikan berbagai peristiwa terkait CFW terjadi. Dari kedatangan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, para public figure yang juga tidak ketinggalan ikut meramaikannya, hingga peristiwa pembubarannya.

Meski kini telah dibubarkan, kehadiran penguasa dan para artis berhasil menjadi angin segar bagi fenomena ini, seolah menjadi pembenaran atas apa yang tengah berlaku di sana.

Jika kita perhatikan dengan seksama, sejatinya ajang fashion ini merupakan contoh nyata dari serangan budaya dan pembajakan potensi pemuda sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya. Dari ajang pinggiran ini menyeruak ide kebebasan yang begitu kental.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button