Yahudi Mau Mendidik Rakyat Indonesia tentang Bahaya Rasialisme
Tahun 1955, Indonesia memelopori Konferensi Asia-Afrika, yang salah satu jiwa pokoknya jiwa anti-Zionisme. Mantan Menlu RI, Roeslan Abdulgani, menulis, dalam konferensi tersebut Zionisme dikatakan sebagai “the last chapter in the book of old colonialism, and the one of the blackest and darkest chapter in human history”. Menurut Roeslan, “Zionisme boleh dikatakan sebagai kolonialisme yang paling jahat dalam jaman modern sekarang ini.”
Penjajahan kaum Yahudi atas Palestina amat sangat jelas melanggar banyak resolusi PBB. Karena itu, sikap Indonesia tetap kokoh memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. Maka, aneh, jika pendirian Museum Holokos ditujukan untuk mengajari masyarakat Indonesia tentang bahaya rasialisme.
Kaum muslim tentu tidak membolehkan kebencian terhadap ras mana pun. Sebab, Al-Qur’an mengajarkan bahwa derajat manusia bukan ditentukan oleh ras-nya, tetapi ditentukan oleh iman dan takwanya. Karena itulah, dalam sejarah Islam, selama ratusan tahun, kaum Yahudi justru dilindungi oleh umat Islam di Andalusia dan Turki Utsmani.
Karen Armstrong menulis dalam bukunya, Holy War: The Crusades and Their Impact on Today’s World, (London: McMillan London Limited, 1991): “There was no tradition of religious persecution in the Islamic empire.”
Jadi, tujuan Sang Rabi Yahudi di Minahasa untuk mengajari masyarakat Indonesia akan bahaya rasialisme sepatutnya ditujukan kepada kaum Yahudi sendiri, dan khususnya kepada negara Yahudi Israel. Resolusi Majelis Umum PBB sudah menyebutkan: “Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi rasial.”
Depok, 10 Februari 2022
Dr. Adian Husaini