Yudian Wahyudi: Profesor, Rektor, Kepala BPIP, Ujung-ujungnya ‘Ngahok’
Dua isu kontroversial yang menarik nama Yudian adalah soal pelarangan cadar bagi mahasiswi di kampus UIN Sunan Kalijaga dan meloloskan disertasi milk al yamin karya mahasiswa tingkat doktoral, Abdul Aziz, yang oleh banyak kalangan disebut melegalisasi zina.
Ujungnya ‘Ngahok’
Siapa sangka, dengan ‘kecerdasan’ dan berderet gelar yang dimilikinya, ternyata setelah menjadi pejabat BPIP, Yudian ujung-ujungnya ‘Ngahok’ dan sekuler.
Adalah situs berita Tempo.co, edisi Jumat 14 Februari 2020 yang menurunkan berita berjudul “Kepala BPIP: Dalam Berbangsa, Geser Kitab Suci ke Konstitusi”. Berikut sebagian dari isi berita itu:
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengimbau semua umat beragama untuk menempatkan konstitusi di atas kitab suci dalam berbangsa dan bernegara. Adapun untuk urusan beragama, kembali ke masing-masing pribadi masyarakat.
“Saya mengimbau kepada orang Islam, mulai bergeser dari kitab suci ke konstitusi kalau dalam berbangsa dan bernegara. Sama, semua agama. Jadi kalau bahasa hari ini, konstitusi di atas kitab suci. Itu fakta sosial politik,” kata Yudian saat ditemui Tempo di Kantor BPIP, Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.
Pandangan Yudian ini, sama persis dengan pandangan Ahok, Basuki Tjahaja Purnama, yang dilontarkan pada 2013 lalu saat masih menjabat sebagai Wagub DKI Jakarta.
Setahun kemudian, di acara diskusi ILC tvONE, mantan Ketua GP Ansor yang saat jadi politisi Partai Golkar, juga menyebut hal yang sama. “Ayat konstitusi di atas ayat Al-Qur’an.”
Pandangan inilah yang akhirnya ‘memanaskan’ masyarakat. Maka, pada khotbah Jumat di Lapangan Monas, 2 Desember 2016, Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab dengan lantang mengingatkan umat Islam, hukum Allah di atas segalanya. Ayat suci di atas ayat konstitusi.
Dengan sepak terjang Yudian yang kontroversial seperti itu, nampaknya cita-cita Wapres KH Ma’ruf Amin yang disampaikan saat kampanye Pilpres pada 2 September 2018 lalu, bahwa pada 2024 nanti tak ada lagi konflik ideologi dan persoalan kebangsaan hanyalah ilusi belaka. Sebab Kepala BPIP-nya saja terus menyemburkan gagasan kontroversial yang memicu perdebatan tak berujung. Wallahu a’lam. [MS]