Zaganos Pasha, Komandan Pemberani Pembangkit Semangat Turki Utsmani
Zağanos Pasha (1446-1462/1469) adalah seorang tentara yang berasal dari Albania atau Yunani. Sebelum menjadi seorang Muslim, ia adalah pengikut Kristen.
Komandan pemberani ini masuk ke dalam korps elite militer Janissary milik Turki Utsmani. Seperti Janissary lainnya, dia telah dididik dalam metode Islam, administrasi sipil, dan hal-hal militer. Zaganos adalah mentor dan penasihat untuk Mehmed II yang kemudian dikenal sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih.
Ketika Mehmed menjadi sultan, ia menunjuk Zağanos Pasha sebagai wazir kedua. Selama pengepungan, ia diberi perintah untuk menyerang kota dari bagian utara kota, dan pasukannya berada di antara yang pertama untuk berhasil menerobos sebagian dari dinding legendaris Konstantinopel.
Musyawarah Majelis Syura
Sultan Muhammad Al-Fatih sangat yakin kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan tentara Turki Utsmani. Namun, ia ingin agar ia dapat memasuki kota itu dengan jalan damai. Karena itu ia mengirimkan surat kepada Kaisar Constantine agar menyerah dan menyerahkan kota tersebut tanpa pertumpahan darah.
Sultan menawarkan jaminan keamanan untuk Kaisar beserta keluarga dan para pembantunya, juga semua penduduk Konstantinopel yang ingin meninggalkan kota itu ke manapun mereka kehendaki. Mereka juga diperbolehkan jika tetap berada di Konstantinopel.
Sayangnya, tawaran Sultan yang baik itu ditolak oleh Constantine. Sehingga terpaksa Sultan akan menaklukkan Konstantinopel dengan jalan pertempuran. “Sebentar lagi saya akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau mati terkubur di sana,” kata Muhammad Al Fatih.
Kemudian, Sultan mengumpulkan para penasihat dan komandannya, ditambah para syekh dan ulama. Sultan meminta mereka untuk mengeluarkan pendapat dengan terus terang tanpa ragu-ragu. Kisah ini ditulis secara lengkap oleh sejarawan Turki Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya “Ad-Daulah Al Utsmaiyyah, Awamil an-Nuhudh wa Asbab as-Sukuth”, yang diterjemahkan menjadi “Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah” oleh Penerbit Al-Kautsar, Jakarta.
Sebagian mereka menasihatinya untuk menarik pasukan. Di antara orang yang berpendapat demikian adalah menteri Khalil Pasha. Dia meminta agar pasukan Utsmani ditarik mundur dan tidak dilakukan penumpahan darah.
Khalil Pasha memperingatkan Sultan tentang kemarahan orang-orang Kristen Eropa jika kaum muslimin menguasai Konstantinopel. Selain itu, masih banyak alasan lain yang dia kemukakan. Karena alasan-alasannya ini, menteri Khalil Pasha dicurigai membantu Byzantium dan berusaha untuk menjatuhkan semangat kaum Muslimin.
Berbeda dengan Khalil Pasha, sebagian lain yang hadir dalam pertemuan tersebut memotivasi Sultan untuk melanjutkan serangan ke Konstantinopel hingga berhasil ditaklukkan dan menganggap remeh Eropa beserta pasukannya. Mereka juga menasihati agar Sultan membangkitkan kembali semangat tentara Utsmani untuk menuntaskan penaklukan kota itu. Jika Sultan memutuskan untuk mundur, kata mereka, hal ini akan menghancurkan semangat jihad mereka.