Industri Games, Ancaman untuk Generasi Bangsa
Selain unicorn yang sedang hangat diperbincangkan publik, satu lagi proyek digital yang menyeruak ramai dibicarakan orang khususnya di kalangan remaja dan pengusaha, yakni e-sport atau games online. Hal ini terkemuka ke hadapan khalayak umum pasca debat terakhir capres-cawapres, 15 April lalu.
Sebagaimana diberitakan dalam CNBC Indonesia, dalam debat yang bertema ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, perdagangan, dan industri, capres nomor 01, Joko Widodo, menanyakan pada penantangnya soal pengembangan e-sport seperti mobile legends, PUBG, dan sejenisnya. Ia menyatakan pada 2017 perputaran uang di industri games mencapai Rp12 Triliun dan setiap tahun tumbuh 25%.
Kita jangan sampai kita terlewat merespons, anggaran iklan sekarang bergeser ke sana dalam jumlah besar, kita merespons dengan regulasi benar dan e-sport professional butuh latihan besar, pungkasnya.
Tak ketinggalan, hal tersebut pun didukung penuh oleh Menpora, Imam Nahrawi. Beliau berpendapat e-sport harus mulai masuk ke kurikulum pendidikan untuk mengakomodasi bakat-bakat muda.
Kementriannya sendiri telah menganggarkan Rp50 Miliar untuk menggelar kompetisi-kompetisi di level sekolah. Dana tersebut akan mulai cair setidaknya setelah piala Presiden e-sport 2019 berakhir. Ia berjanji setelah penyelenggaraan kompetisi tersebut, pemerintah akan terus mengembangkan ekosistem e-sport di Indonesia (CNN Indonesia).
Begitu serius pemerintah mengembangkan e-sport ini sampai pada level memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah. Ambisi pemerintah ini dilatarbelakangi keuntungan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang katanya sangat besar.
Akan tetapi, nampaknya terlalu picik bagi seorang penguasa jika ia mengharapkan pendapatan yang besar dan ekonomi berkembang dengan mengorbankan masa depan generasi. Karena tugas seorang penguasa bukan sebatas memajukan ekonomi saja. Memikirkan kualitas dari generasi muda pun tanggung jawab penguasa.
Menggiurkan memang, proyek gaming yg digadang-gadang akan menghasilkan keuntungan tujuh kali lipat dari proyek film ini, bahkan memiliki tingkat pendapatan yang paling tinggi dibanding jenis hiburan lainnya. Namun, jika tidak dibarengi dengan pengawasan yang super ketat, proyek ini hanya akan menjadi bumerang bagi masa depan bangsa. Karena di balik untung yang tinggi pun hanya dinikmati segelintir orang– nasib bangsa ini dipertaruhkan.
Tidakkah penguasa ini melihat dampak negatif dari games online tersebut? Ataukah karena terburu ingin mencari untung sehingga dampak negaifnya tak lagi dihiraukan? Sungguh ironis. Penguasa yang seharusnya meriayah penduduknya dengan mengedepankan perhatian terhdap mutu SDM (Sumber Daya Manusia) di masa depan, ini malah salah kaprah. Semua karena uang, duit, dan pulus.
Asal ayam pulang ke lumbung, itik pulang ke pelimbangan. Perilaku penguasa hari ini tidak akan keluar dari tabiatnya. Tabiat yang dibangun oleh sistem yang ia langgengkan. Sekuler kapitalistik yang membuahkan pikiran matrelialisme. Tujuan dari kekuasaannya hanyalah uang, uang, dan uang.