SUARA PEMBACA

Industri Games, Ancaman untuk Generasi Bangsa

Fakta yang menyebutkan gaming bisa mengakibatkan kecanduan, antisosial, manajemen waktu yang buruk, depresi, kesehatan mata yang menurun, pornografi, dan sederet bahaya lainnya yang dikenal di dunia medis dan psikis tak cukup membuat pemerintah berpikir ulang untuk memajukan proyek ini.

Padahal dampak-dampak tersebut bukan isapan jempol belaka. Anak-anak yang telah terlajur menjadi korban gaming di zaman high technology seperti saat ini bukan satu dua, tetapi sangat banyak. Di tahun 2012 saja 45,3% dari 3.264 siswa sekolah yang bermain games online dan tidak berniat untuk berhenti. Angka tersebut pasti terus naik seiring dengan promosi dan dukungan pemerintah di belakangnya.

Namun apa mau dikata, sekali lagi, memang sudah tabiat dari sistem hari ini untuk mengikuti trend dunia. Ketika dunia Internasional sedang menggandrungi gaming, Negara kita pun tak mau ketinggalan. Cap kolot dan tidak up date akan melekat bagi sesiapa yang enggan ikut serta. Begitu pula yang ada dalam benak generasi milenial hari ini. Karena benaknya sudah dicekoki oleh pemikiran sekuler-kapitalistik, arah pandang hidupnya pun tak lepas dari materi, duniawi, dan lain-lain.

Seharusnya dengan kondisi generasi muda yang sudah diujung tanduk seperti sekarang ini, prioritas utama pemerintah adalah membangun generasi muda yang berkualitas baik dari sisi intelektual maupun spiritual. Dimana keseriusan pemerintah dalam menanggulangi seks bebas, narkoba, dan kriminalitas di dunia remaja? Bukankah permasalahn yang menggunung ini merupakan PR besar yang seharusnya menjadi fokus utama pemerintah?

Jika tidak segera dilakukan pembenahan dengan solusi yang tepat, dampaknya terlalu mengerikan untuk dibayangkan. Mau jadi apa Negara ini jika para calon pemimpin bangsanya cabul, depresi, anarkis, dan minim pengetahuan agama? Na’udzubillah.

Di sinilah seharusnya seorang penguasa berpikir cemerlang. Ia tidak akan terhanyut pada trend dunia jika memang tidak baik dampaknya bagi bangsa. Seorang penguasa seharusnya mengedepankan kebutuhan vital masyarakatnya sekaligus mencarikan ‘obat’ untuk berbagai ‘penyakitnya’.

Sebagaimana Islam mengajarkan asas dalam berpikir adalah tauhid. Setiap orang baik ia rakyat biasa maupun penguasa harus memiliki misi hidup yang sama yakni mengharap ridha Illahi. Bukan materi yang menjadi tujuan utama kehidupan, tetapi memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, membangun masyarakat yang saling menjaga, individu yang takwa. Meski pertumbuhan ekonomi itu penting, namun tidak akan ditempuh dengan jalan yang membahayakan generasi.

Islam dengan system yang dijalankannya telah membuktikan keberhasilannya dalam membangun sumber daya manusia yang unggul, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun spiritual, yang denganya mampu membangun peradaban yang gemilang selama belasan abad.

Sebut saja AL-Farabi, ilmuwan dan filsuf Islam dari Kazakhstan. Ibnu Sina yang dikenal di Barat sebagai Avicenna seorang filsuf, ilmuwan, juga dokter. Al Battani yang dikenal dengan nama Albatenius seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Khawarizmi, seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi, dan masih banyak lagi deretan ilmuwan besar yang telah lahir dari Rahim Kepemimpinan Islam.

Hebatnya, para ilmuwan tersebut tidak mahir dalam ilmu pengetahuan atau science saja, tetapi dalam juga ilmu agamanya. Karena Islam menekankan hal pokok yang harus ditanamkan untuk membentuk pribadi yang tangguh dan berkualitas adalah akidah. Dengan akidah yang terhujam kuat dalam dadanya, maka kecintaannya untuk menggali ilmu akan muncul. Begitupun semangatnya untuk membangun bangsa, bermanfaat untuk masyarakat, dan menjadi pemimpin yang bijak.

Hal tersebut tentu dibarengi dengan penyediaan fasilitas pendidikan yang mudah dan cuma-cuma. Bisa diakses dan digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa terkecuali. Demikianlah Islam dengan sistem aturannya yang sempurna mampu menciptakan peradaban gemilang.

Anisa Rahmi Tania
(Aktivis Muslimah Jakarta Utara)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button