Islamofobia Merajalela
Islamofobia menggejala sejak Orde Lama. Berbeda istilah tetapi substansinya sama: takut dan anti Islam.
Enzo Zenz Allie (18) dan ibunya, Siti Hadiati Nahriah, boleh tersenyum bahagia. Enzo dinyatakan tetap dipertahankan sebagai taruna Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah. KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa menyatakan Enzo bukanlah simpatisan HTI. Pemuda blasteran Perancis itu juga dinyatakan tidak terpapar paham “radikal.”
“Kami, Angkatan Darat, memutuskan, untuk mempertahankan Enzo Zenz Allie dan semua taruna Akademi Militer yang kami terima beberapa waktu lalu, sejumlah 364 orang,” ujar KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa di Mabes TNI AD, Jakarta, Selasa (13/8/2019) lalu.
Betapa tidak bahagia, berhari-hari Enzo digebuk dengan isu radikalisme dan terpapar HTI di media sosial. Bahkan, paling menyedihkan, isu itu disambar Anggota Dewan Pengarah BPIP Mahfud MD. Mahfud bukan hanya menyerang Enzo, dia malah menyebut TNI kecolongan. Mahfud mendesak TNI agar segera memecat dan memberhentikan Enzo dari Akmil.
Menurut Andika, berdasarkan hasil tes obyektif lanjutan, indeks moderasi bernegara Enzo adalah 5,9 dari tujuh. Enzo, mendapat persentase skor 84 persen. Andika menjamin akurasi dan validitas tes obyektif lanjutan yang dilakukan terhadap Enzo. TNI telah bertahun-tahun menggunakan instrumen tes itu untuk memastikan kesadaran bernegara para taruna.
Pernyataan Andika ini bukan hanya kabar baik bagi Enzo, ibu dan keluarganya. Ini juga menjadi kabar baik bagi TNI khususnya Angkatan Darat, umat Islam, dan tentu saja yang paling penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masa hanya karena pernah membawa bendera tauhid dan foto itu diposting di akun facebook-nya, Enzo digoreng oleh buzzer sebagai pendukung kelompok radikal. Lalu statusnya dikait-kaitkan dengan pilihan politik ibunya, seorang anggota emak-emak militan yang menjadi pendukung Prabowo-Sandi pada Pilpres lalu.
Nyaris bebarengan soal Enzo, publik juga diramaikan dengan isu ‘penumpang gelap’ di tubuh Partai Gerindra atau kubu pendukung Prabowo-Sandi pada Pilpres lalu. Muter-muter dan sulit menjelaskan, akhirnya ‘penumpang gelap’ dialamatkan kepada HTI. Seketika publik tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa, HTI yang sudah dibubarkan, tidak pernah terlibat dalam Pemilu dan tidak pernah dukung mendukung Capres-Cawapres tiba-tiba dituduh sebagai ‘penumpang gelap’.
Namun, itulah yang terjadi saat ini. Sedikit-sedikit dibilang radikalisme, sedikit-sedikit terpapar HTI, sedikit-sedikit FPI. Banyak yang berkelakar, jangan-jangan saat blackout PLN beberapa waktu lalu, selain pohon sengon, tersangkanya juga HTI dan FPI.
Terbaru, insiden di asrama mahasiswa Papua di Surabaya yang memicu tindakan rusuh di Manokwari dan Sorong, Papua, tiba-tiba disangkutpautkan dengan FPI. Padahal tidak ada peran FPI di lokasi. Edan bukan?.