Ternyata, Pria di AS dan Inggris tak Nyaman Punya Pemimpin Perempun
Washington (SI Online) – Kurang dari 50 persen Pria di Amerika Serikat (AS) yang mengaku nyaman memiliki pemimpin wanita. Hal itu terungkap dalam jajak pendapat yang digelar oleh Kantar, yang dilakukan di AS dan Inggris.
Jajak pendapat yang dimuat dalam Indeks Kepemimpinan Reykjavik, mendapati bahwa jumlah pria yang nyaman dengan keberadaan pemimpin wanita terus menurun.
Di AS, seperti dilansir Reuters, sikap pria terhadap pemimpin perempuan di beberapa bidang kehidupan publik dari politik ke peradilan tumbuh lebih negatif dan hanya 49% responden pria mengatakan mereka akan “sangat nyaman” dengan keberadaan seorang wanita sebagai kepala pemerintahan.
Di Inggris, di mana sejumlah anggota parlemen perempuan mundur dalam pemilihan mendatang dengan alasan meningkatnya perudungan di dunia maya dan pelecehan lainnya, jumlah responden pria yang mengatakan bahwa pria dan wanita sama-sama cocok untuk jadi pemimpin, mengalami penurunan yang cukup siginifikan.
Namun sebaliknya, sikap perempuan terhadap pemimpin perempuan tetap konsisten positif di kedua negara, menciptakan perbedaan pendapat yang melebar di antara gender.
“Kesenjangan yang tumbuh dapat mencerminkan rasa frustrasi dengan mantan Perdana Menteri Theresa May dan transaksi Brexitnya, dan pendapat yang lebih terpolarisasi dalam masyarakat secara umum,” kata Michelle Harrison, CEO global Divisi Publik Kantar.
“Demikian pula di AS, tingkat disonansi antara pandangan perempuan dan pria telah meningkat sejak 2018. Ini mungkin sampai batas tertentu mencerminkan perubahan politik dan budaya di AS, di mana perempuan berprofil tinggi dalam politik, media, dan hiburan serta olahraga telah menyaksikan peningkatan kebencian terhadap wanita,” sambungnya.
Para peneliti mewawancarai 22 ribu orang berusia antara 15 hingga 65 tahun, dari Juli hingga September tentang bagaimana perasaan mereka tentang pemimpin perempuan. Indeks itu sendiri diluncurkan di Forum Pemimpin Wanita Global, di mana ratusan pemimpin politik wanita berkumpul di Reykjavik, Islandia.
sumber: sindonews.com