Bela Uighur, Ozil ‘Dipersekusi’ Bertubi-tubi
London (SI Online) – Pembelaan gelandang Arsenal, Mesut Ozil atas nasib Muslim Uighur ternyata berbuntut serangan balik terhadapnya secara bertubi-tubi. Tidak cukup dengan kritik, makian, dan protes dari warganet, kini otoritas di China juga melakukan pemboikotan hingga sensor terhadap semua hal terkait dengan Ozil.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, reaksi keras oleh China dimulai saat stasiun televisi milik pemerintah China, CCTV dan layanan streaming PPTV membatalkan penayangan bigmatch Arsenal vs Manchester City pada Ahad (15/12) lalu. Pada laga itu, Ozil bermain sejak menit pertama.
Ozil juga diserang dan direndahkan di Weibo, platform media sosial Cina yang diikuti sekitar empat juta orang. Ditambah lagi, situs web berita olahraga paling terkenal di Negari Tirai Bambu, Hupu, juga menghapus semua berita atau pencarian seputar Ozil.
Setelah itu, platform komunikasi berpengaruh di China, Baidu Tieba, juga menutup forum yang didedikasikan untuk Ozil. Pendiri Baidu mengatakan, “Dibandingkan dengan kepentingan nasional, hobi pribadi apa pun tidaklah penting.”
The Times juga melaporkan bahwa mesin-mesin pencari daring di China menghapus nama Ozil dari daftar hasil. Tak sampai di situ, sejumlah situs jual beli daring terkemuka, seperti Taobao, juga menarik penjualan jersey Ozil.
Dilaporkan Guardian, penggemar Ozil di China membakar jersey pemain dengan nomor punggung 10 itu. Asosiasi Sepak Bola China juga mengeluarkan pernyataan bahwa Ozil telah melukai perasaan orang-orang China akibat unggahan “Turkistan Timur” di Twitter pada Jumat pekan lalu.
Yang terbaru, seperti dilaporkan Daily Mail, Rabu (18/12), nama dan karakter Ozil dihapus dari gim sepak bola Pro Evolution Soccer (PES) 2020. NetEase, perusahaan yang merilis gim PES di China, mengatakan bahwa komentar Ozil atas Uighur telah, “Melukai perasaan penggemar China dan melanggar semangat cinta dan damai dalam olahraga”.
Merespons Ozil, Pemerintah China menyebut gelandang Arsenal itu telah dibutakan oleh berita palsu terkait konflik etnis Uighur. Pemerintah China mengaku bersedia mengundang sang pemain untuk mengunjungi Xinjiang agar dapat membedakan yang benar dan yang salah.
Namun, Wakil Direktur Penelitian di Lembaga Hak Asasi Manusia China, Frances Eve menilai apa yang dilakukan Oezil sudah benar. Bahkan, kata Eve, Oezil berhak mendapat tepuk tangan atas keberaniannya untuk berbicara tentang Uighur. Hal itu dinilai akan membangun kepedulian terhadap salah satu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terburuk di era modern.
Dia mengungkapkan, Pemerintah China melakukan pembersihan etnis di Xinjiang dan dunia seharusnya tidak tinggal diam. Para ahli di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menggambarkan wilayah itu sebagai “zona tanpa hak” di mana orang Uighur diperlakukan sebagai musuh negara karena identitas agamanya.
Terlebih, baru-baru ini dokumen rahasia pemerintah Cina bocor dan menambah bukti tentang sistem kamp konsentrasi yang menampung lebih dari satu juta muslim Uighur. Eve mengatakan, ini adalah penahanan terbesar dari etnis minoritas agama sejak perang dunia kedua.
sumber: republika/dbs