Fenomena roleplay (RP) menjadi topik panas di salah satu komunitas menulis terbesar di Indonesia. Pro dan kontra terus bergulir, menjadi bola salju yang tak kunjung berhenti. RP sebenarnya bukan fenomena baru di jagat maya. Roleplay adalah salah satu budaya liberal ala Barat yang dikemas apik untuk menyesatkan kaum milenial.
Disarikan dari tirto.id, 22/9/2020, maraknya roleplay tidak terlepas dari Hallyu Wave yang melanda kaum milenial. Perkembangan teknologi menginisiasi para penggemar militan Kpop melahirkan budaya roleplay di ruang-ruang dunia maya.
Dalam topik ini, para roleplayer (pemain peran dalam dunia roleplay) memainkan peran sebagai publik figur Korea Selatan, mulai dari idola Kpop hingga artisnya. Mereka bermain di jejaring sosial mereka, seperti Twitter, Facebook, Instagram hingga meluas ke Whatsapp, Line dan Telegram.
Virus Liberalisme dalam Roleplay
Dalam perkembangnya, roleplay tidak hanya sebagai sarana untuk mengenalkan para bias mereka. Dunia roleplay pun berganti menjadi sebuah dunia alternatif, yang memungkinkan roleplayer meluapkan keluh kesah mengenai permasalahan terpendam, yang tidak dapat diungkapkannya di dunia nyata.
Dunia roleplay sebagai wadah berkeluh kesah tidak lepas dari rusaknya tatanan masyarakat khususnya keluarga. Berimbas pada munculnya problematika generasi yang tak kunjung usai. Kurang kasih sayang dan perhatian keluarga. Beratnya tekanan sosial dan arus deras liberalisme. Berujung pada pemenuhan kebutuhan dasar dan naluri generasi yang salah dan merusak. Yakni terjerumus pada dunia semu roleplay, yang mereka anggap dapat memenuhi naluri mereka akan kasih sayang dan perhatian.
Ironisnya, dunia roleplay pun tidak hanya menjadi ajang mendulang kasih sayang dan perhatian, yang tidak diperoleh dari keluarga. Namun juga menjadi sarana hiburan hingga pemenuhan kebutuhan seksual. Tidak heran, fenomena sexting yakni kegiatan berbagi foto, video dan pesan seksual eksplisit melalui media elektronik pun lazim ditemukan di dunia roleplay.
Roleplayer yang memiliki kecenderungan seksting ini, menyebut dirinya roleplayer ‘NSFW’, kepanjangan dari Not Safe For Work. Ungkapan NSFW sendiri merujuk pada konten yang dapat mengganggu atau bermuatan seksual. Alhasil fenomena sexting di dunia RP pun memengaruhi penyimpangan seksual para roleplayer.
Dunia roleplay sejatinya sarat akan nilai-nilai liberal. Tidak ada aturan baku di dalamnya. Siapapun bebas bermain di dalam. Siapapun bebas memerankan siapa saja. Tidak heran bila roleplayer bebas mengganti gender mereka. Tidak sedikit roleplayer di dunia nyata menjadi transgender di dunia RP. Inilah yang kemudian menjadi peluang bagi kaum pelangi, pedofil dan pelaku penyimpangan seks lainnya, menyebarkan virus liberalisme di dunia semu bernama roleplay.