Sidang Percobaan Kudeta Yordania: Terdakwa Mantan Kepala Pengadilan Kerajaan Klaim Tak Bersalah
Amman (SI Online) – Sidang pengadilan percobaan kudeta Yordania telah dimulai pada Senin, 21 Juni kemarin. Ini merupakan Pengadilan Militer di Amman, ibu kota Yordania. Sidang ini tertutup bagi media, demikian diberitakan Middle East Eye, Senin (21/6).
Walau tertutup, namun di era keterbukaan sosial media yang seolah tanpa batas, arus informasi tak terbendung. Sebuah video yang beredar online menunjukkan Bassem Awadallah, salah seorang terdakwa yang juga mantan Kepala Pengadilan Kerajaan terlihat diborgol dalam seragam tahanan dibawa ke dalam Pengadilan.
Bassem Awadallah dan terdakwa lainnya Sharif Hassan bin Zaid yang masih tergolong kerabat kerajaan, telah menyangkal bersekongkol dengan Pangeran Hamzah untuk menimbulkan kerusuhan (kudeta) terhadap Raja Abdullah, demikian terungkap dalam pengadilan.
Baca juga: Pangeran Hamzah Diminta Bersaksi Soal Rencana Kudeta Kerajaan Yordania
Awadallah, mantan Menteri Keuangan dan pernah menjadi Kepala Istana Kerajaan, dan Sharif Hassan dituduh berkonspirasi dengan saudara tiri Raja Abdullah dan mantan pewaris takhta, Pangeran Hamzah, untuk melawan raja bersama pihak asing. Jaksa merujuk kasus mereka ke pengadilan militer.
Awadallah dan Sharif Hassan adalah dua tokoh yang masih ditahan setelah penangkapan yang menargetkan 16 tersangka atas dugaan upaya mereka untuk menggoyahkan kerajaan pada bulan April.
Pengacara Awadallah, Mohammed Afif, mengatakan pengadilan mendengarkan kesaksian para saksi yang diajukan oleh jaksa, dan persidangan akan dilanjutkan pada Selasa.
Sementara Pangeran Hamzah, yang ditempatkan dalam tahanan rumah atas dugaan perannya dalam plot kudata, menuduh para pemimpin negara itu melakukan korupsi, ketidakmampuan, dan pelecehan. Pangeran telah membantah melakukan kesalahan dan proses terhadapnya kemudian dibatalkan setelah dia berjanji setia kepada Raja Abdullah.
Namun, ia tetap menjadi tokoh sentral dalam kasus percobaan kudeta ini. Masih belum jelas apakah pengacara akan memanggilnya ke pengadilan.
Pengacara Sharif Hassan mengatakan kepada CNN bahwa dakwaan itu mencakup fakta-fakta yang berkaitan dengan pertukaran pesan teks antara dia, Awadallah dan Pangeran Hamzah.
Pengadilan mendakwa Awadallah dan Sharif Hassan dengan tuduhan kejahatan menghasut oposisi untuk melawan kerajaan, dan kejahatan melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan dan keamanan masyarakat, dan melakukan provokasi/ hasutan bersama-sama.
Surat dakwaan, yang disiarkan oleh media yang dekat dengan negara, mengklaim bahwa Hamzah, didorong oleh ambisi pribadi, dan para terdakwa telah berkonspirasi untuk mengacaukan (mengkudeta) kerajaan.
Media lokal pekan lalu menerbitkan dugaan pengakuan oleh Awadallah dalam dokumen yang bocor ke pers, yang konon mengungkapkan rincian pertemuan yang terjadi tahun lalu yang dia adakan dengan Pangeran Hamzah dan diatur oleh Sharif Hassan.
“Awadallah juga pernah menjabat sebagai Utusan Raja Abdullah untuk Arab Saudi dan memiliki hubungan dekat dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed.
Middle East Eye sebelumnya mengungkapkan bahwa dia telah ditangkap sehubungan dengan dugaan plot setelah dinas intelijen mencegat pesan suara dan teks antara dia dan putra mahkota Saudi, di mana mereka membahas bagaimana menggoyahkan pemerintahan Raja Abdullah II.
Red: Agusdin
Sumber: Middle East Eye