Direktur Pencegahan BNPT Ngaku Pernah Terpapar Radikalisme
Jakarta (SI Online) – Salah satu petinggi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengaku pernah terpapar radikal. Bahkan ia mengaku pernah berencana untuk berangkat jihad ke Afghanistan.
Brigjen (Pol) R Ahmad Nur Wahid, Direktur Pencegahan BNPT adalah orangnya. Wahid mengaku dirinya hendak berangkat ke Afghanistan itu pada pertengahan 1995 silam.
“Saya juga pernah terpapar paham radikal, sampai saya mau berangkat ke Afganistan pada 1995,” kata Wahid dalam sebuah diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu sore (10/11/2021).
Wahid mengaku dirinya saat itu sudah mengikuti i’dad (persiapan jihad) di Tawangmangu, Jawa Tengah. Karena aktivitasnya inilah kemudian saat itu ia disidang indisipliner. Sebab ia sering mangkir dari tugas dinas.
Baca juga: BNPT Siapkan Program KKTN untuk Eks Napiter
Saat itu, kata Wahid, belum ada UU Anti Terorisme, sehingga ia hanya disidang dengan dugaan indisipliner.
“Saat sidang disiplin, saya sempat melawan. Sehingga hukuman saya ditambah dari indisipliner ditambah insubordinasi, melawan pimpinan. Dan akhirnya saya ditahan selama 21 hari,” kata dia.
Soal radikal, Wahid mengakui, cara berpikir radikal itu bagus. Berpikir secara mendalam dan fundamental. Yang tidak boleh, kata dia, adalah radikalisme. “Kalau berpikir radikal harus,” kata dia.
Pada bagian lain, Wahid juga menegaskan, terorisme dan radikalisme bukanlah monopoli suatu kelompok agama. Menurutnya, radikalisme terorisme tidak ada kaitannya dengan agama.
Radikalisme, kata Wahid, biasanya muncul terkait pemahaman agama yang muncul dari oknum umat beragama yang jumlah pengikut agama di suatu wilayah itu mayoritas. Karena itu, ia mencontohkan, di Myanmar yang terpapar radikalisme adalah biksu. Hal yang sama terjadi di Kanada, saat seorang pengikut Kristen menabrak satu keluarga Muslim hingga tewas.
“Kesimpulannya, radikalisme terorisme itu musuh semua agama dan musuh negara,” pungkasnya.
red: farah abdillah