Memahami Bencana dengan Perspektif Islam
Pandemi belum usai, kini berita Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi menuai duka. Menurut kabar terbaru, terdapat 14 orang yang meninggal dunia dan 56 orang lainnya luka-luka (Tribunnews.com, 5/12/2021). Beberapa warga kabarnya sudah di evakuasi oleh pemerintah setempat.
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, kini mengeluarkan semburannya. Mengutip laporan dari laman resmi PVMBG, guguran lava pijar Semeru mencapai jarak luncur 500-800 meter. Semburan lava panas kian mengancam, disusul hujan abu yang mewarnai langit cerah menjadi langit hitam.
Dilihat dari sisi kesehatan, menurut penelitian studi terkait letusan gunung berjudul ‘Respitory Health Effects of Volcanic Ash with Special Reference to Iceland: A Review‘, menyatakan dua potensi dampak dari abu vulkanik terhadap tubuh dapat berbeda beda, yakni akut dan kronis tergantung dari ukuran partikel dan sifat fisika-kimia pada permukaan partikel abu vulkanik.
Debu vulkanik berdampak pada gangguan pernapasan akut seperti bronkitis atau asma. Menghirupnya pun, berpotensi memperparah kondisi penyakit yang sudah ada seperti paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, dan penyakit paru jangka panjang lainnya, dilansir dari situs National Health Service UK, selain berpengaruh pada gangguan pernapasan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit orang yang terpapar.
Indonesia Akrab Bencana
Menurut laporan terbaru, Indonesia mengalami kejadian bencana hingga 3.253 kali dalam kurun waktu setahun, sejak Februari 2020 sampai Februari 2021. Artinya, sekitar sembilan bencana terjadi setiap harinya. Pada tahun 2020 lalu, Indonesia dilanda bencana kekeringan hingga kebakaran hutan (karhutla) di sejumlah daerah. Memasuki tahun 2021, sejumlah bencana melanda Indonesia seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor hingga gunung meletus.
Bumi Pertiwi ini sudah akrab dengan berbagai bencana alam. Hal ini dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, dan hidrologis yang rawan bencana, mulai dari banjir, gempa, tsunami, dan tanah longsor. Meskipun menyimpan banyak kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau yang luar biasa, kita perlu menyadari wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif yang melingkari dan memotong kepulauan Indonesia ini, dikenal sebagai ‘ring of fire‘ (lingkaran api) atau jalur tektonik Indonesia (cnbcindonesia.com, 5/12/2021).
Di sisi lain, posisi Indonesia terletak di wilayah tropis dan kondisi hidrologis yang memicu terjadinya bencana alam seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Ironinya, meskipun sudah menyadari wilayah Nusantara sebagai “akrab bencana”, upaya penguasa minim dan lamban ketika menanggulangi bencana. Â Sehingga, setiap bencana yang terjadi nyaris selalu beriringan dengan kerugian harta benda dan nyawa rakyat. Dalam 10 tahun terakhir, Kemenkeu mencatat kerugian ekonomi yang dialami negara per tahun ditaksir Rp22,8 Triliun. (Pikiranrakyat, 4/3/2021).
Oleh karenanya, ancaman kerugian berupa materi dan korban jiwa dari bencana tersebut hendaknya dievaluasi oleh negara. Sebagai seorang muslim sudah seharunya mengembalikan permasalahan dengan solusi yang berasal dari Sang Pencipta,
Memahami Bencana dalam Perspektif Islam