Astaghfirullah, Ada ‘Pencuri’ dalam Shalat
Shalat adalah ibadah yang paling resmi di dalam Islam. Shalat sebagai barometer diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang, seharusnya menjadi perhatian ekstra dari kita.
Tapi sayang tidak sedikit dari umat Islam yang shalatnya acak-acakan, terburu-buru, tidak khusyu’ dan bahkan tidak thuma’ninah.
Tak heran jika Rasulullah Saw pernah mengingatkan umatnya agar dalam shalat tidak ‘mencuri shalatnya’.
Dalam Musnad Imam Ahmad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.
“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari shalat?”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya.” (HR. Ahmad).
Na’udzubillahi mindzalik, itulah pencuri dalam shalat. Mereka shalat, tapi saat ruku’ dan sujudnya tidak sempurna alias tidak thuma’ninah.
Padahal seorang mushalli (orang yang sedang shalat) itu sedang muwajjahah atau berkomunikasi langsung dengan Robbnya. Tapi mengapa kok shalatnya terburu-buru, tidak khusyu’ dan tidak thuma’ninah?.
Jika pencuri shalat itu adalah imam shalat, maka ini akan sangat berbahaya karena dapat ‘mengorbankan’ makmum yang ada dibelakangnya, sehingga para ma’mum ini juga shalatnya tidak thuma’ninah.
Ada riwayat hadits yang cukup masyhur yang menerangkan musiushalah (مسيءالصلاة)- orang yang buruk shalatnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut: