Tantangan Gaya Hidup Konsumerisme Generasi Masa Kini
Hidup di era digital yang serba canggih, tak jarang kebanyakan dari mereka generasi milenial menjadikan ruang media sosial sebagai ruang aktualisasi diri. Mudahnya akses untuk mendapatkan informasi mempengaruhi keinginan untuk memiliki, meniru atau mencoba hal yang sama.
Ditambah, mereka tumbuh dalam sistem dan masyarakat kapitalistik menjadikannya berlomba-lomba untuk berpenampilan modis demi mendapatkan pengakuan atas status sosial.
Dalam hal ini, busana, hiburan, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan sebagainya, dipandang sebagai indikator dari individualitas selera dan gaya dari pemilik. Makin tinggi selera, makin bonafide dan keren dirinya.
Segala citra kelas atas yang menyertainya akan ikut menempel pada si konsumen. Konsumerisme ini kerap kali menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Memiliki gaya hidup konsumtif seperti ini akibat dari arus modernisasi yang terjadi.
Selain itu, kehadiran aplikasi pinjaman online dengan syarat yang mudah, dijadikan pilihan untuk memuluskan keinginan. Padahal pinjaman online ini rawan dengan penipuan.
Belakangan marak diketahui bahwa penyedia layanan fintech lending alias pinjaman online (pinjol) juga banyak menyasar milenial alias kalangan anak muda.
Alasannya karena milenial termasuk golongan yang melek teknologi sehingga mudah untuk memanfaatkan teknologi meminjam uang secara instan. Cukup isi aplikasi, kirim KTP dan swafoto maka uang langsung didapat di rekening dalam hitungan waktu singkat sehingga sangat menggiurkan.
Riset Share of Wallet yang dilakukan Kadence International-Indonesia pada 2013 menunjukkan 28% masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalami defisit penghasilan karena utang yang digunakan untuk konsumerisme.
Dalam riset itu disebutkan, mereka yang memiliki pendapatan Rp4,3 juta per bulan memiliki pengeluaran hingga Rp5,8 juta, atau defisit Rp1,5 juta. Apa yang menjadi alasan?
Kelas menengah ini memiliki kecenderungan ingin menaikkan status dan tampil menjadi upper class. Caranya dengan meminjam uang dan utang agar bisa membeli barang yang dapat menaikkan status sosial mereka.
Begitu juga survei Credit Karma yang menemukan hampir 40% milenial menghabiskan uang yang tidak mereka miliki dan terlilit utang demi gaya hidup dan hubungan sosial.