Surya Paloh dan Romantisme Politik
Jika Surya Paloh (SP) bisa “keluar” dari partai oligarki, kenapa kemungkinan beliau justru bisa membuka pintu masuk untuk KIB hanya karena romantisme politik?
Resultansi politik partai Nasdem lebih pragmatisme secara logis dan rasional untuk mengusung dan mewujudkan visi dan misi restorasi perubahan Indonesia, manakala dan bilamana ada kesungguhan dan keharusan bergabung dengan partai oposisi, partai Demokrat dan PKS. Itu secara alamiah dan akademis keilmuan politik pun benar, on the right track.
Ketimbang hanya mengandalkan romantisme sejarah yang mengandung “lembayung-lembayung” sukma, sutera dan senja sekalipun. Yang menyimpan tidak saja banyak keindahan-keindahan.
Tetapi, yang kita tidak tahu pasti ada juga —dan hanya SP yang tahu secara jujur, “temaram-temaram kemuramannya” yang telah menyebabkan luka hati dan pikiran SP, hingga pada akhirnya harus “log out” politik dari Golkar.
Lagipula ketika politik pada saatnya terjadi kalibrasi demokrasi sesuai perintah UUD 1945 melaksanakan Pemilu dan Plipres 2024, Partai Koalisi Perubahan tengah dan harus melakukan persiapan untuk pertaruhan dan pertempuran besar mencapai tujuan kemenangan dan pemenangan demi perubahan dan perbaikan Indonesia itu:
Adalah dengan semangat menggelora “mengacungkan” dan “melontarkan” taktik, strategi, kiprah dan praksis, bukan rasa, pakewuh dan atau mengacu pada keluluhan hati karena “underlined of memoriality” yang seringkali bisa mengakibatkan runtuhnya kekukuhan dan kekokohan. Lihatlah cerita sejarah klasik kekuatan Hercules nyaris lumpuh dan lenyap hanya karena rayuan romantis Cleopatra!
Apalagi kebergabungan dejure Nasdem, PD dan PKS tinggal selangkah lagi dideklarasikan. Ditambah, iItu sudah de facto didukung oleh keniscayaan kekuatan “koalisi rakyat” sebagai salah satu pencerminan “kedaulatan rakyat” dengan hadirnya komunitas dan gerakan Snow Ball geniun dan tulen mesin pendulum partisipasi publik yang terus menggelinding semakin subur dan membesar di seluruh antero Nusantara Republik ini:
Yaitu, komunitas sukarelawan politik yang melakukan gerakan sukarela dan mandiri tanpa pamrih, tanpa “vested interested” dan atau tanpa konspirasi-kolusi, kecuali hanya untuk satu tujuan perubahan dan perbaikan signifikan Indonesia.
Dan perubahan serta perbaikan itu diyakini akan mampu diwujudkan dipimpin oleh pemimpin mumpuni, hebat dan luar biasa bacapres Anies Rasyid Baswedan yang telah memegang rekam jejak tidak saja kesuksesan dan keberhasilan membangun Jakarta berkemajuan.
Tetapi, berhasil menyentuh perasaan, jiwa dan “ruh” kesetaraan, keadilan dan kesejahteraan bagi warganya. Dan itu akan ditularkan dan disemaikan kepada seluruh warga negara Indonesia seluruhnya kelak.
Maka, membukakan pintu masuk bagi KIB sama saja dengan menyimpan kotak pandora hitam di tempat persembunyian tak kelihatan.