OASE

Selalu ‘Connect’ dengan Allah

Realita kehidupan hari ini diakui, perbuatan muslim banyak yang tak berasas pada kebaikan (amal saleh). Tergerus oleh tatanan kehidupan kapitalis sekuler yang berasas materi dan manfaat. Kehidupan muslim kacau dan terpuruk dalam segala aspek.

Telebih dalam masalah ekonomi yang menjadi puncak permasalahan utamanya. Segala cara akan ditempuh demi memenuhi kebutuhan perut, tanpa memikirkan sisi halal dan haram. Syariat Islam tak lagi menjadi acuan. Contohnya, dalam hal jual beli banyak yang melakukan kecurangan demi meraih banyaknya keuntungan. Ya materi lah yang menjadi tolak ukur perbuatan. Kalau tak ada keuntungan dan manfaat yang didapat, maka tak akan mau melakukannya.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan jasmani (hajatul ‘udhwiyyah) pun sama. Muslim juga tak lagi memikirkan apakah yang dicarinya baik atau buruk atau apakah yang dikonsumsi halal atau haram. Prioritas utama yaitu kebutuhan terpenuhi. Padahal Islam mengajarkan, mencari rezeki yang baik dan halal. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Hai orang orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu. dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar benar kepadanya kamu menyembah (QS. Al Baqarah ayat 172).

Perlu dipahamkan kembali bahwa dalam setiap amal muslim harus memiliki ruh (idrak shillah billah). Maksudnya kesadaran akan adanya hubungan dirinya dengan sang Pencipta (connect dengan Allah). Dengan adanya kesadaran ini, muslim akan menyesuaikan seluruh amalnya dengan perintah dan larangan Allah dalam kondisi apapun, dimana pun dan kapan pun. Kesadaran untuk taat Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Baik ibadah ritual (shalat, haji, puasa, zakat) maupun terkait makanan, minuman, pakaian, akhlak, ekonomi, pergaulan, hukum dan sebagainya.

Hadirnya ruh dapat menjadikan muslim menuai pahala dalam setiap amalnya. Setiap amal tak menjadi beban selama ikhlas karena Allah dan sesuai syariat-Nya. Misal, ketika bekerja, mengurus anak, mengurus rumah dan suami disertai dengan ruh maka semua aktivitas ini menjadi ringan. Bahkan dengan ruh dapat membuat hidup muslim memiliki makna dibandingkan dengan orang-orang yang tak menghadirkan ruh.

Pun dalam menyikapi ujian hidup. Ketika ada ruh muslim dapat bersabar dan ikhtiar mencari solusi berpegang teguh pada syariat Islam. Tetapi jika tak ada ruh, akan berputus asa dan solusinya jauh dari Islam. Sehingga ruh memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seorang muslim.

Muslim tak boleh memisahkan ruh dalam kehidupan. Karena pemisahan inilah yang akan membuat muslim menjauhi aturan Allah dan bertindak sesuai dengan hawa nafsunya. Muslim harus menjalankan syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah) tanpa memilih aturan yang sesuai dengan keinginannya. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةًۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝٢٠٨

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah ayat 208).

Wallahu a’lam bish-shawab.

[Devi Eriyani]

Artikel Terkait

Back to top button