DAERAH

Ahlul Qiblat dan Kemuliaan Negeri Syam Jadi Sorotan dalam Kajian Persis Bogor

Bogor (SI Online) – Anggota Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persis Komisi Aqidah, Ustaz Teten Romly Qomaruddien, diundang oleh Pimpinan Cabang (PC) Persis Bogor Tengah untuk memberikan materi pada kajian rutin minggu kedua.

Kajian rutin dengan tema “Ahlul Qiblat dan Kemuliaan Negeri Syam” tersebut digelar di Majelis Masjid Adz-Dzikraa, Mayor Oking Bogor, Ahad (10/12/2023).

Ustaz Teten membuka kajiannya dengan menyoroti penurunan kondisi Zionis Israel dalam aspek ekonomi dan politik.

“Berita terakhir Zionis Israel semakin terpuruk dalam segala bidang. Ekonomi jatuh dengan diboikot oleh kaum muslim dari seluruh dunia ekonomi Israel jatuh. Secara politik satu sama lain, mulai saling curiga. Kelompok agama, atau yang disebut dengan Yahudi Ortodoks mulai tersadarkan bahwa perang tidak melahirkan kebaikan,” paparnya.

Lebih lanjut Ustaz teten membahas terkait pentingnya kita peduli terhadap Palestina.

“Jadi pertanyaan besarnya, kenapa kita mesti peduli dengan Palestina. Karena ada kelompok-kelompok tertentu yang hari ini mengatakan, gak perlu peduli dengan Palestina. Bukan perang agama, perang teritorial. Oh tidak, para ulama mengatakan Mereka berperang, salah satunya agama. Kiblat pertama kaum muslimin. Maka ketika ditanya, kenapa kita mesti peduli. Jadi jawabannya, karena Palestina adalah jantungnya negeri Syam. Di negeri Syam ada Palestina, di Palestina ada Yerusalem, di Yerusalem ada Baitul Maqdis, di Baitul Maqdis ada Masjidil Aqsa. Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama kaum Muslimin. Siapa yang meyakini kiblat kaum Muslimin, maka dia disebut ahlul qiblat,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ustaz Teten mengutip perkataan Imam Nawawi, terkait penjelasan tentang ahlul qiblat.

“Cukup seseorang disebut ahlul qiblat, cirinya ahlul qiblat tidak akan kekal di neraka. Apa maksudnya tidak kekal di neraka. Semua kebaikan akan dihisab oleh Allah tetap jadi pahala, dinilai kebaikan. Setiap keburukan dihisab oleh Allah sebagai keburukan. Nah, ahlul qiblat tidak kekal di neraka, kata ulama ahlu sunnah wal jamaah baik kalangan ahlu hadis, ahlu fikih, ataupun ahlu usuludin. La yahkhludu minannar Kholiyan minasyukuk, selama dia tidak ragu kalau kiblatnya itu i’tiqodan jaziman diyakini sepenuh hati,” jelasnya.

Selain itu, Ia juga membahas ayat Al-Qur’an yang mengacu pada negeri yang diberkahi di sekitar Baitul Maqdis sebagai bagian dari negeri Syam, yang sekarang terbagi menjadi beberapa negara besar.

“Negeri yang kami berkahi Adalah negeri-negeri dalam radius Baitul Maqdis, Masjidil Aqso. Berarti, negeri mana saja. Biladu Syam, kata para ulama negeri Syam. Tapi kalau dicari sekarang, negeri syam itu mana. Sudah pecah menjadi negara-negara besar. Sekarang sudah jadi empat negara. Palestina, Lebanon, Suriah, Yordania,” tuturnya.

Tak hanya itu, Ustaz Teten menegaskan pentingnya Negeri Syam dengan merujuk pada doa-doa Nabi yang mengutamakan keberkahan bagi wilayah tersebut.

“Soal negeri Syam tidak diragukan lagi kemuliaannya. Nabi mendoakan khusus Negeri Syam. Allahumma bariklana fi Syamina. Ya Allah, berkahi Negeri Syam kami. Thuba lisy Syam. Bahagialah wahai penduduk Syam. Lalu sahabat bertanya, Ya Rasulallah kenapa doanya begitu. Dijawab oleh Nabi, jangan kan kita manusia. Malaikat Allah, Malaikat ar-rahman, mengepakkan sayapnya untuk mendoakan Syam,” tambahnya.

Ia juga menyebut penulis yang merangkum keutamaan Negeri Syam, merujuk pada kitab yang mengumpulkan riwayat-riwayat sahih tentang negeri tersebut.

“Oleh karena itu, Muhammad Shalih Al-Munajjid menulis kitab khusus ,Thuubaa Lisy Syam, dikumpulkan riwayat-riwayat yang sahih tentang keutamaan negeri Syam. Negeri Syam adalah negeri dimana para Nabi dan Rosul pernah singgah di sana. Maka Negeri Syam disebut, Biladul anbiya Wa Rusul. Negeri yang pernah transit para sahabat maka disebut Biladu Sahabat. Di samping itu, para ulama besar dunia dari berbagai macam disiplin ilmu tafaqquh fiddien lahir di negeri itu. Ibnu Taimiyah lahir di sana, imam Ibnu Qoyyim lahir di sana, imam Ibnu Katsir lahir di sana. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali hidup di sana. Imam As-Syafi’i lahir disana, kampung halamannya memang benar-benar putra Gaza,” tambahnya.

Penutupnya, Ustaz Teten menyatakan bahwa para ulama menegaskan menjadi ahlul qiblat tidak hanya soal kepatuhan pada Allah, tetapi juga tentang keyakinan tanpa ragu terhadap kiblat dalam ibadah.

“Kata para ulama untuk diakui menjadi ahlul qiblat, jangankan orang ini patuh taat betul pada Allah dan rasul-Nya. Ibadah sempurna, ilmu sempurna. tidak sempurna sekalipun, meyakini bahwa kiblatnya adalah titik fokus dalam ibadah pokoknya. Dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan tidak keluar dari dua kalimat syahadat itu, dia ahlul qiblat,” tandasnya.

rep: fuad

Back to top button