OASE

Akal: Pemandu Iman yang Haq

Beriman atau berakal dulu? Iman ada di dalam dada, akal ada di kepala, titik temunya dimana? Sering muncul pertanyaan di atas ketika membahas iman dan akal. Seolah-olah ada kontradiksi dari keduanya. Karena acapkali disajikan pernyataan bahwa banyak ajaran agama yang dianggap tak masuk akal. Benarkah demikian?

Allah SWT berfirman:

لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At Tin ayat 4)

اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ وَالۡفُلۡكِ الَّتِىۡتَجۡرِىۡ فِى الۡبَحۡرِ بِمَا يَنۡفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنۡزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَآءِ مِنۡ مَّآءٍ فَاَحۡيَابِهِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِيۡهَا مِنۡ کُلِّ دَآ بَّةٍ وَّتَصۡرِيۡفِ الرِّيٰحِوَالسَّحَابِ الۡمُسَخَّرِ بَيۡنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّعۡقِلُوۡنَ

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” (QS. Al-Baqarah ayat 164).

Ayat-ayat mulia di atas mengarahkan pandangan manusia pada dirinya sendiri dan bertebarannya fenomena ilmiah alam sekitar. Dengan pandangan ini akan menstimulus proses berpikir manusia. Dengan berpikir mendalam akan dapat membuktikan ada Allah yang Maha Pencipta dan Pengatur. Diri dan semua fenomena ilmiah alam ini adalah tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah.

Ratusan ayat serupa terdapat dalam Al-Qur’an dengan diksi ulul albab, tafakkur, tadzakkur, tadabbur. Ini menunjukkan bahwa untuk beriman pada Allah, manusia harus menggunakan wasilah akal untuk berpikir. Artinya fitrahnya iman pada Sang Khaliq tak cukup mengandalkan perasaan hati nurani. Karena perasaan sering menambah-nambah yang tak ada hakikatnya terhadap apa yang diimani, sehingga akan menjatuhkan pada kesesatan.

Akal Sinkron dengan Iman

Dengan hanya menilik ayat Al-Qur’an terkait fenomena alam dan sosial (baru bisa dibuktikan kebenarannya dengan kemajuan sains dan teknologi hari ini) menunjukkan kebenaran Al-Qur’an qath’i (pasti) tanpa ada keraguan. Termasuk di dalamnya hal-hal yang bersifat ghaib walaupun indra dan akal manusia terbatas untuk memahaminya. Seperti hari kiamat, syurga, neraka, hari pertanggungjawaban, Isra’ Mi’raj, dan sebagainya.

Keimanan ini juga yang akan menjadi landasan muslim berpegang teguh pada syari’at yang Allah tetapkan dalam firmanNya. Walaupun sepintas akal yang terbatas belum bisa mengungkap hikmah di balik syariatNya. Seperti harus berwudhu untuk shalat, puasa menahan lapar, qishash dalam pembunuhan, rajam bagi pezina, berhaji ke baitullah, berjihad di jalan Allah dan sebagainya.

Jelaslah, Allah anugerahi akal bagi manusia untuk berpikir. Dengan akal, manusia dapat menentukan iman yang haq. Dapat membedakan baik-buruk serta halal-haram. Akal pula sebagai pengontrol diri dari hawa nafsu. Jika akal tak digunakan dengan baik, akan menjerumuskan pada kesesatan/kerusakan.  

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button