NUIM HIDAYAT

Al Ghazali Memang Seorang Imam

Ketujuh, al Washiyyah yaitu wasiat guru agar kitab riwayatnya diberikan kepada muridnya agar meriwayatkan lagi. Kedelapan, al Wijadah, yaitu meriwayatkan Hadits dari shahifah atau kitab, tanpa proses mendengar, membaca, ijazah ataupun proses lainnya. Ini adalah metode terendah dalam periwayatan Hadits. (halaman 84-85)

Para ulama mencatat bahwa al Ghazali belajar Hadits langsung dari para ulama. Dia pernah belajar Sunan Abi Daud dari Abu al Fath al Hakimi, al Thusi dengan metode sama’. Juga mendengarkan banyak Hadits dari para ulama fiqh (fuqaha’). Ibn Asakir menyatakan bahwa al Ghazali mendengarkan Shahih al Bukhari dari Abu Sahl Muhammad ibn Abdullah al Hafshi. Ibn al Sam’ani juga menyatakan bahwa al Ghazali banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan Hadits Shahih al Bukhari dan Shahih Muslim dari al Hafizh Abu al Fityan Umar ibn Abi al Hasan al Ruasi. Selain itu al Ghazali juga meriwayatkan Hadits tentang Maulid Nabi Muhammad Saw dari al Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad al Huwari.

Jadi jika Imam Ghazali dikatakan mempelajari dua kitab shahih al Bukhari dan Shahih muslim di akhir umurnya, bisa jadi itu adalah proses penyempurnaan. Artinya di masa mudanya al Ghazali telah mempelajari kedua kitab itu dengan metode yang lain, seperti wijadah, ijazah atau lainnya. Kemudian disempurnakan di masa tuanya dengan metode sama’. Dengan demikian, al Ghazali –meski telah dikenal saat itu sebagai ulama besar- selalu berusaha meningkatkan kualitas dan otoritas keilmuannya dalam ilmu Hadits. Hal ini belum tentu dilakukan orang yang dianggap pengkaji Hadits atau ahli Hadits saat ini. Dimana, banyak diantara mereka saat ini belajar Hadits, tetapi hanya lewat buku, bukan talaqqi kepada guru dengan metode sama’ atau qira’ah.

Walhasil dalam buku kecil yang berbobot dengan rujukan yang otoritatif ini (penuh dengan footnote kitab berbahasa Arab), Dr Ardiansyah berhasil menjawab keragu-raguan sebagian orang terhadap Imam Ghazali atau Hadits yang terdapat dalam Ihya’ Ulumiddin. Buku ini sangat penting dibaca oleh para aktivis Islam, guru, dosen, dai atau para kyai yang telah mengenal karya-karya monumental Imam Ghazali. Selamat membaca.

Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button