SUARA PEMBACA

Al-Qur’an, Kitab Suci Umat Islam yang Mulia

Adapun adab saat mendengarkan lantunan bacaan Al-Qur’an adalah wajib mendengarkannya dengan baik dan santun, penuh penghayatan dan penghormatan. Menangis saat mendengarkan ayat-ayat tentang ancaman azab dan neraka. Dan berdoa penuh pengharapan saat mendengarkan ayat-ayat tentang kenikmatan surga, pahala dan ridha Allah SWT.

Firman Allah SWT: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204).

Sebab Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karenanya, setiap muslim wajib memahami bahasa arab, agar dapat memahami bacaan Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa Arab.

Firman Allah SWT: “Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang nyata, agar kamu mengerti”. (QS. Az-Zukhruf: 3).

Sehingga saat memahami bahasa arab, seorang muslim akan mampu memahami isi bacaan Al-Qur’an, sehingga mampu memuliakan dan mengagungkannya. Tidak bercanda dan berbuat keonaran saat Al -Quran dibacakan.

Sehingga kita dapat meneladani sikap seorang sahabat Rasulullah Saw yang mulia, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang selalu menangis manakala membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.

Inilah sikap yang seharusnya ada dan hadir dalam benak seorang muslim, dalam memuliakan Al-Quran. Selain juga tentu saja ada tuntutan lebih jauh dari syariat kepada seorang muslim, bahwa seorang muslim haruslah menjadi Al-Qur’an yang berjalan, sebab memgamalkan isi Al-Qur’an. Sehingga Al-Qur’an tidak hanya dibaca dan didengarkan namun juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melakukan apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan menjauhkan bahkan meninggalkan apa yang dilarang oleh Al-Qur’an. Sehingga akhlak seorang muslim akan sangat agung dan berwibawa sebab mengamalkan isi bacaan Al-Qur’an.

Walaupun menjadi hal yang paling sulit hari ini adalah upaya untuk mengamalkan Al-Qur’an dalam sistem sekuler kapitalis yang diterapkan hari ini. Sebab sistem sekuler kapitalisme telah menempatkan dan memosisikan Al-Qur’an sama dengan buku bacaan lainnya, hilang dari nilai pengagungan dan pensuciannya. Sehingga kerap kali terjadi pelecehan bagi para pembacanya bahkan terhadap isi kandungan ayat suci Al-Qur’an itu sendiri, bahkan oleh seorang yang berstatus sebagai seorang muslim.

Padahal penghargaan Islam terhadap pembaca dan pendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an sangat tinggi, yaitu dengan memberikan pahala yang sangat besar. Dan menempatkan bagi orang yang mengajarkan Al-Qur’an sebagai orang mulia yang diberikan upah yang paling baik dan paling layak lagi terhormat.

Demikianlah betapa sistem hidup sangat memberikan pengaruh besar terhadap seberapa besar penghargaan dan penghormatan kita tehadap Al-Qur’an. Jika dulu saat sistem Islam diberlakukan untuk mengatur kehidupan masyarakat dunia, pembaca Al-Qur’an menempati posisi dan tempat yang sangat mulia, dijadikan sebagai tempat rujukan masyarakat dalam mencari solusi atas persoalan kehidupan.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button