Allah Menangkan Pemimpin Terbaik seperti Erdogan, Mursi, dan Anwar Ibrahim
Sebuah film berjudul “Dirty Vote” mengungkapkan berbagai cara kecurangan logik yang telah dan akan berlaku pada pemilu 2024 ini.
Walaupun cara-cara ’Firaun’ berkuasa sedang digunakan, namun jangan lupa bahwa Allah juga mengutus Nabi Musa untuk melawan segala sihir dan kuasa jahat mereka.
Cara-cara Abu Jahal, Abu Lahab menghalang kebenaran dan perubahan digunakan, namun Allah memperkuat Nabinya dengan berbagai Mukjizat untuk melawan antek-antek oligarki jahiliyah.
Apabila datang kebenaran, maka akan padamlah kejahatan dan kebenaran pasti akan menang itu janji Allah.
Banyak yang merasa sudah capek berjuang, pasrah dan kecewa.. padahal idealnya perjuangan itu seperti para pahlawan kemerdekaan kita dulu yaitu “sampai ke tetesan darah terakhir”
Tentu saja bukan namanya perjuangan jika tidak ada halangan, tantangan dan rintangan. Ini karena perjuangan bukan sebuah taman permainan.
Akar pohon akan semakin menjunam ke bumi menguatkan pokok disaat angin, ribut, taufan menghantam. Di batangnya akan tumbuh teras sekuat baja untuk menyangga pohon yang semakin besar.
Batu karang akan semakin kuat bertahan sekuat ombak dan badai menerpanya dengan demikian pantai akan tetap aman dan selamat untuk pengunjung.
Untuk itu jangan lupa faktor Allah karena Allah mampu melakukan apapun yang Dia inginkan.
Kuasa Allah di atas kuasa sekalian makhluk di langit dan di bumi termasuk kuasa dinasti, oligarki, asing dan aseng.
Anggaplah ini sinyal penyemangat dari Sang Khalik untuk kita lebih kuat lagi berjuang. Tetap semangat, jangan cuai, waspada terhadap setiap kecurangan, penipuan dan pembohongan serta pencitraan.
Ada sekitar 30 persen surat suara akan lebih di setiap TPS karena biasanya hanya sekitar 70 persen yang datang. Untuk itu pastikan agar itu tidak disalahgunakan oleh orang-orang jahat.
Awasi kotak suara jangan sampai di tukar dengan kotak suara lain dan 1001 kemungkinan jahat lainnya yang harus diwaspadai.
Memang sejarah membuktikan bahwa kebanyakan tentara penjajah dulu adalah terdiri dari pribumi yang pengkhianat bangsa, agama dan negara sendiri demi bayaran yang sedikit.
Namun perlu diingat yang memberi kita rezeki, nyawa, harta, tahta, benda adalah Allah bukan oligarki dan dinasti.
Mati sebagai bangsa kacung hamba oligarki atau merdeka sebagai bangsa berdaulat yang adil dan makmur baldatun thayibba wa robbun ghofur.[]
Afriadi Sanusi, PhD., Aktivis Good Governance dan Anti Korupsi