Anies Baswedan, President in Waiting
Mau disebut presiden de-facto, takut ada yang tersinggung. Tetapi, massa pendukung Anies Baswedan di Sumatera Utara menganggap beliaulah presiden. Itu tampak dari sambutan meriah di kota Medan ketika dia menghadiri acara sapa relawan Anies.
Belasan ribu massa berjejer di sepanjang jalan. Puluhan ribu pula hadir di Istana Maimun ketika Anies menyampaikan orasi di situ.
Teriakan “Anies presiden” menggema. Seolah sudah masuk musim kampanye. Kedatangan capres Nasdem itu sudah lama ditunggu-tunggu warga Sumatera Utara.
Kunjungan sapa relawan dan pendukung ke Medan kemarin, Jumat (4 November 2022), merupakan yang pertama sejak Anies meninggalkan Balai Kota Jakarta.
Perlu dicatat pula bahwa Balai Kota dan jalan-jalan di sekitarnya penuh dengan massa pendukung ketika Anies keluar dari kantornya pada 16 Oktober 2022.
Masyarakat yang menyambut di Medan dipastikan bukan massa bayaran. Mereka datang secara sukarela tanpa pengerahan. Mereka menunggu sejak pagi sekali.
Hanya ada satu motif mereka dalam memeriahkan sambutan itu. Yaitu, agar seluruh dunia tahu bahwa rakyat Indonesia mendambakan perubahan. Bahwa rakyat sudah sangat jenuh dan muak dengan rezim yang sedang berkuasa dengan keangkuhannya.
Penyambutan ini mengirimkan beberapa pesan.
Pertama, pesan bahwa bagi rakyat, Anies adalah presiden yang hanya menunggu legitimasi pilpres 2024. Dia dianggap sebagai “president in waiting”. Konsekuensi dari anggapan ini adalah bahwa tidak mungkin orang lain yang terpilih selagi Anies ikut pilpres.
Yang kedua adalah pesan kepada lembaga-lembaga yang langsung atau tak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pilpres 2024 agar mereka jangan coba-coba melakukan kecurangan.
Persoalannya bisa sangat fatal kalau mereka curang. Rakyat tidak akan bereaksi “yah, sudahlah” seperti yang terlihat pasca-pilpres curang 2019.