OASE

Bahagia Itu untuk Orang yang Pandai Bersyukur

Tidak semua orang yang pandai itu bahagia hidupnya, namun sesungguhnya kebahagiaan itu hanya milik orang-orang yang pandai bersyukur.

Dan bukan setelah mendapat kebahagian kemudian baru bersyukur, karena bisa jadi kebahagiaan yang didapat tidak akan berlangsung lama, tapi ketika rasa syukur itu menjadi bagian di semua kondisi maka itu akan menjadi kebahagiaan yang abadi yang tak akan pernah berhenti mengalir.

Ingat bahwa semua bentuk kebahagiaan merupakan karunia dari Allah Ta’ala. Karena itu Allah akan selalu menambah kebahagiaan kita jika dirimu pandai bersyukur atas segala nikmat-nya, karena kebahagian sebenarnya adalah bagian dari amanah nikmat dari Allah, dan ketika kita mampu mengemban amanah tersebut dengan syukur, maka Allah Ta’ala akan semakin mempercayainya untuk selalu memberi dan menambah nikmat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

مَّا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ  ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 147)

Dan bukti rasa syukur yang tepat bagi seorang hamba yang beriman, bukan hanya pandai mengucapkan alhamdulillah. Sudah semestinya, syukur itu diwujudkan dalam amalan.

Coba perhatikan ibarat syukur yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim,

الشكر يكون : بالقلب : خضوعاً واستكانةً ، وباللسان : ثناءً واعترافاً ، وبالجوارح : طاعةً وانقياداً .
” مدارج السالكين ” ( 2 / 246 )

Syukur itu dengan hati, dengan tunduk dan merasa tenang. Syukur itu dengan lisan, dengan memuji dan mengakui. Syukur itu dengan anggota badan, yaitu dengan taat dan patuh pada Allah.” (Madarij As-Salikin, 2 : 246)

Seorang yang dikenal zuhud di masa silam, yaitu Abu Hazim menyatakan tentang bersyukur dengan anggota badan adalah,

أن تكف عن المعاصي ، وتستعمل في الطاعات

Engkau tahan anggota badanmu dari maksiat dan engkau gunakan dalam ketaatan pada Allah.”

Abu Hazim juga berkata,

وأما مَن شكر بلسانه ولم يشكر بجميع أعضائه : فمثَلُه كمثل رجل له كساء فأخذ بطرفه ، فلم يلبسه ، فلم ينفعه ذلك من البرد ، والحر ، والثلج ، والمطر” .

“Siapa saja yang bersyukur dengan lisannya, namun tidak bersyukur dengan anggota badan lainnya, itu seperti seseorang yang mengenakan pakaian. Ia ambil ujung pakaian saja, tidak ia kenakan seluruhnya. Maka pakaian tersebut tidaklah manfaat untuknya untuk melindungi dirinya dari dingin, panas, salju dan hujan.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 84)

Banyak orang yang hidup dengan kekurangan, baik harta atau kondisi fisiknya, tapi bisa melihat tawa dan keceriaan dari wajahnya, karena hatinya, lisannya serta amalnya dipenuhi dengan rasa syukur.

Bersyukur atas setiap hal yang kita punya maka dengan memperbanyak bersyukur niscaya Allah Ta’ala tambahkan lagi nikmatnya, bisa berupa diantaranya nikmat kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button