OPINI

Bahaya Penguasa Pengkhianat

Membuat janji lagi terus berulang-ulang tanpa tahu kapan akan ditepati. Sengaja melalaikan amanah. Melakukan pencitraan, manipulasi, kebohongan untuk meraih simpati rakyat tanpa ada itikad untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat sesungguhnya juga merupakan pengkhianatan. Ini semua pada dasarnya sudah termasuk ciri orang munafik. Penguasa yang ingkar janji tidak hanya sebagai pengkhianat tetapi juga adalah orang munafik yang membahayakan umat.

Yang lebih parah lagi adalah menolak, mengingkari dan menentang hukum Allah. Memusuhi para pengemban dakwah Islam dan mencari-cari kesalahan mereka. Melakukan persekusi terhadap para ulama, kyai dan tokoh-tokoh umat yang kritis yang berusaha menghentikan kedzaliman dan kemunkaran di tengah-tengah masyarakat. Hanya mendengarkan ulama yang mau membenarkan kesalahannya. Hanya hormat kepada ulama yang mau mendukung dan memperindah keburukannya. Intinya segala bentuk pengabaian atas amanahnya sebagai pemimpin yang mengatur dan memenuhi segala urusan rakyatnya sesuai aturanNya adalah suatu pengkhianatan.

Jangan dianggap remeh pengkhianatan penguasa karena menimpa banyak orang. Bukan main-main pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang penguasa. Imbasnya dirasakan oleh masyarakat luas dalam berbagai sisi kehidupan. Dan ini jelas sangat merugikan dan membahayakan rakyatnya.

Sayidina Umar Bin Khattab Radiyallahuanhu pernah mengatakan,” Suatu negeri akan hancur meskipun dia makmur.” Mereka berkata,” Bagaimana suatu negeri hancur sedangkan dia makmur?” Ia menjawab ,” Jika orang-orang yang penghianat menjadi petinggi dan harta dikuasai oleh orang-orang yang fasik.”

Seorang pengkhianat akan mampu berbuat apapun untuk melindungi diri dan kepentingannya dengan cara apapun. Akan menampilkan sosok yang indah dan baik, padahal busuk di dalamnya. Ibarat serigala berbulu domba yang menipu dengan tampilan polos, ramah dan tak berbahaya, namun siap menerkam kapan saja ada kesempatan. Dan ia tak segan untuk melakukan kebohongan menutupi akal liciknya. Bahkan juga tak malu menjilat ludah sendiri, asalkan diri dan kepentingannya tetap aman terkendali. Tak ragu mengorbankan orang lain, termasuk rakyatnya sendiri. Apa jadinya jika orang semacam ini menjadi pemimpin, dimana amanah mengatur urusan rakyat diserahkan?

Sungguh kehancuran suatu negeri akan terjadi jika para penkhianat munafik menjadi pemimpinnya. Penguasa yang harusnya memerintah dengan adil, malah menjadi sumber ketidakadilan bagi rakyatnya. Jika itu kelompok dan pendukungnya, maka akan dibela dan dilindungi. Namun jika kesalahan dilakukan oleh rakyat atau orang-orang yang kritis terhadapnya, maka akan dimusuhi dan dihukum. Dicari-cari pasal yang bisa menjerat pihak yang bersebrangan dengan penguasa. Pelaksanaan hukum hanya menjadi tameng untuk penguasa dan kelompoknya untuk memukul dan menghabisi lawan-lawannya. Meski itu adalah rakyatnya sendiri. Sedang di sisi lain, hukum juga dijadikan alat untuk melindungi kekuasaannya, kepentingannya maupun kelompoknya. Dimainkan sedemikian rupa agar segala tindakannya seolah-olah legal menurut hukum maupun undang-undang.

Penguasa yang harusnya menjadi pelayan umat, bekerja memenuhi segala kebutuhan mereka, malah mengabaikannya. Justru minta dilayani dan diistimewakan kepentingannya. Rakyat dibiarkan memenuhi segala kebutuhannya sendiri di tengah berbagai himpitan hidup. Dengan penghasilan yang rendah harus memutar otak supaya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi pajak yang tinggi, harga bahan pokok yang semakin naik, dan semakin sulitnya lapangan pekerjaan dicari membuat rakyat hidup dengan kualitas yang seadanya.

Membebani rakyat dengan bermacam pajak yang mencekik, sementara di sisi lain memberi kelonggaran yang sangat bagi para pemilik modal dan asing untuk mengeruk keuntungan darinya. Membiarkan asing dan aseng menikmati sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik rakyat. Sedangkan rakyat harus bersusah payah bekerja menyambung hidup hingga sampai bertaruh nyawa. Bersaing mendapatkan nafkah demi rupiah yang tak seberapa. Bahkan untuk menjadi buruh pun harus berlomba dengan tenaga kerja asing yang seolah dibiarkan saja membanjiri negeri ini. Sedang rakyat dibiarkan menjadi budak di negeri sendiri.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button