Barangkali Besok Giliran Kita
Kematian tidak pernah diundang, dia datang sesukanya sesuai perintah Sang Maha Kuasa, hari ini orang lain besok bisa jadi saya yang dapat gilirannya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah).
Dan ternyata dalam waktu yang sebentar itu, kita memerlukan bekal yang banyak untuk mengarunginya. Bahkan kadang kita harus banting tulang demi mencari bekal untuk kehidupan ini. Lalu sudahkah kita banting tulang untuk kehidupan alam barzakh yang mungkin bisa sampai ribuan tahun?
Sadarilah bahwa kematian akan selalu mengintai setiap orang tanpa pandang bulu, baik sehat maupun sakit, tua atau muda, konglomerat maupun konglomelarat, luang ataupun sibuk, pejabat ataupun rakyat, direktur maupun tukang bubur, ketika ajalnya datang maka tak ada yang bisa menghindar sedetikpun darinya. Kematian tak dapat dipercepat ataupun diperlambat, walaupun seseorang lari darinya ketahuilah kematian akan selalu menyertainya.
Sesungguhnya kehidupan yang abadi akan ada setelah datangnya kematian. Kehidupan abadi dan kekal hanya dengan dua pilihan, surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan bagi orang yang taat menjalankan perintah-perintahNya dan neraka yang penuh azab dan siksaan bagi orang yang gemar bermaksiat kepadaNya.
Maka ketika kita menginginkan SurgaNya persiapkanlah kematian dengan sebaik-baiknya. Karena ketika kita mengakhiri hidup dengan khusnul khatimah maka kebahagiaan akan menanti di perjalanan kita selanjutnya, baik di kubur (barzakh), padang mahsyar, miizan, maupun shirath hingga akhirnya Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam SurgaNya.
Dan sebaliknya ketika kehidupan dunia hanya kita gunakan untuk bersenang-senang, menumpuk harta kekayaan, menyombongkan diri, dan bermaksiat kepadaNya hingga ajal menjemputnya maka kesengsaraan ketika datangnya kematian, kubur yang penuh dengan siksaan, padang mahsyar tanpa naungan, timbangan keburukan yang lebih berat dari kebaikan, dan gagalnya menjembatani shirath hingga dilemparkannya diri ke dalam api neraka yang penuh kepedihan dan kesengsaraan. Na’udzubillah min dzalik.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia