OASE

Maut Datang Tanpa Permisi

Setiap kita pasti didatangi tamu agung yang tak diundang dan tak pake permisi, tugas tetap dilaksanakan tanpa belas kasihan, tanpa kompromi, tidak ada suap sana sini, tidak pandang siapa dia, karena memang komitmen terhadap tugasnya, itulah malaikat maut. Malaikat yang mensudahi semua kelezatan hidup di dunia.

Ribuan bahkan jutaan bisa jadi lebih dari itu, kematian menjemput mereka yang sudah sampai batas waktunya. Namun sedikit sekali dari kita yang mengambil pelajaran bahwa kitapun akan mengalaminya, tidak pernah terbersit berpikir untuk mempersiapkan semuanya, agar bahagia menggapai ridho surgaNya.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلٰقِيكُمْ  ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 8)

Pada ayat ini, Allah Ta’ala menerangkan bahwa orang-orang Yahudi sangat takut menghadapi kematian dan mereka berusaha menghindarinya. Karena itu Allah Ta’ala memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada mereka bahwa kematian pasti datang menemui mereka. Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang kelihatan, baik di langit maupun di bumi. Maka Allah memberitahukan kepada mereka segala apa yang telah mereka kerjakan, lalu dibalas dengan amal perbuatannya. Jahat dibalas dengan jahat, yaitu neraka, baik dibalas dengan baik yaitu surga. (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)

Kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa aman dari intaian kematian?

Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari? Atau, siapa tahu sebentar lagi giliran kematian diri kita sendiri.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button