Berakhirnya Jokowi dan Antusiasme Rakyat kepada Prabowo
Jokowi Mejadi Pengekor
Jawaban-jawaban yang diucapkan oleh Jokowi untuk mencukupkan alasannya bukanlah sebuah pikiran Capres yang berpengalaman. Sebab apa yang diucapkan oleh Jokowi adalah pengulangan terhadap apa yang disampaikan oleh Prabowo. Orisinalitas pikiran memang tidak dimiliki oleh Jokowi dalam konsep yang utuh tentang Negara. Karena berkali-kali Jokowi hanya menjadi “pengekor”.
Jawaban yang dikemukakan oleh Jokowi terhadap berbagai persoalan yang diperdebatkan, sangat tidak substansial dan hanya sebatas pada memenuhi pertanyaan. Seharusnya seorang capres, yang selalu mengklaim diri sebagai orang yang berpengalaman, memiliki jawaban yang konkrit dan diperkuat oleh data-data yang valid dan terbaru.
Tetapi, memang Jokowi sangat tidak memiliki satu pandangan yang jelas dan visinya untuk membangun pertahanan, keamanan, juga tidak ada. Apalagi dalam hubungan internasional, Jokowi bahkan alpa selama berkuasa menghadiri sidang sidang PBB. Bagaimana mau membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, kalau sekedar hanya diplomasi senyum-senyum.
Karena ketidakpahaman terhadap masalah kenegaraan ini, maka jawaban Jokowi pada saat debat adalah mengulang sekaligus memperkuat pandangan Prabowo. Hal itu justru memperlihatkan Jokowi tidak memiliki konsep dan pengalaman dalam menyelenggarakan Negara untuk memperkuat pertahanan, keamanan, kedaulatan, hubungan luar negeri dan penguatan kelembagaan.
Jadi dengan debat tersebut, Jokowi seakan-akan mengakui, bahwa Prabowo memang pantas untuk memperbaiki kondisi dan keadaan Negara yang sedang dalam kondisi lemah, akibat pengelolaan Negara yang keliru.
Kemenangan Prabowo
Debat itu merupakan kemenangan besar bagi Prabowo untuk mengalihkan dukungan masyarakat kepada dirinya. Bukan hanya itu, Debat itu, menjadi titik balik penemuan kembali semangat patriotism dan Nasionalisme Indonesia yang murni.
Dengan debat itu saja, public bisa membaca pikiran-pikiran besar Indonesia yang tertimbun oleh narasi perpecahan yang terjadi hampir lima tahun Jokowi berkuasa. Konkritnya adalah masyarakat mulai menyadari kelemahan-kelemahan kepemimpinan Jokowi, sehingga membuat birokrasi menjadi korup, Negara menjadi “miskin”. Miskin narasi, Duafa intelektual, dan kealpaan dalam segala bidang.
Maka, keadaan tersebut mendorong masyarakat untuk mengerakkan kekuatan yang dimilikinnya untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Contoh konkrit lapangan telah memperlihatkan, bagaimana rakyat ingin sekali ada perubahan yang membawa bangsa ini maju.
Setiap kali kunjungan dan kampanye akbar Prabowo Sandi, terlihat jelas, people power membludak. Ratusan ribu massa berkumpul di berbagai tempat. Seperti di Palembang, Wong Kito, memberikan sinyal yang paling dahsyat, bahwa Prabowo adalah harapan mereka. Di Bandung, Bogor, di semua tempat histeria massa tak bisa dibendung.
Pengaruh perubahan memang ada siklusnya, dan rakyat menemukan chemistri-nya, siapa yang bisa mereka percaya. Prabowo dan Sandiaga Uno adalah merupakan siklus baru dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Itulah yang mendorong kaki masyarakat untuk berbondong-bondong datang meramaikan kampanye akbar dan kunjungan Capres dan Cawapres Prabowo-Sandi dengan sukarela bahkan memberikan sumbangan kepada Paslon 02.
Kunjungan Sandiaga Uno dan Kampanye Tebuka diberbagai tempat membuka sebuah kebuntutan dan membongkar kedok survey yang tidak berimbang. Sebab massa yang membludak dengan antusiasme dan pengorbanan rakyat, sungguh sangat mengharukan.
Sementara lembaga survei, tidak melihat realitas itu, mereka hanya menjadi penghitung elektabilitas petahana yang sebenarnya diambang kekalahan. Data di sembunyikan sekuat apapun, tapi kenyataan lapangan tidak bisa di bohongi, ini adalah titik balik untuk Indonesia menang, adil dan makmur.