OPINI

Berakhirnya Jokowi dan Antusiasme Rakyat kepada Prabowo

Suasana nonton Bareng debat Calon Presiden di Markas Komando Ulama untuk Pemenangan Prabowo Sandi (Kopasandi) riuh dengan suara tepuk tangan ketika Calon Presiden nomor urut 02 memberikan visi-misi, tanggapan dan pertanyaannya terhadap soal-soal debat. Suasana semakin riuh, ketika Prabowo “mengajarkan” kepada Jokowi tentang pertahanan, keamanan, kedaulatan dan penguatan sistem pemerintahan serta pentingnya hubungan luar negeri.

Debat itu memang sangat tidak imbang, apalagi Jokowi dalam persoalan pertahanan dan keamanan begitu sangat minim, juga tentang hubungan luar negeri yang hanya sekedar seremonial. Memang Jokowi sangat minim pengalamannya dalam hal ini.

Suasana debat yang tidak berimbang itu menghasilkan wajah yang murung bagi Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf. Beberapa wajah yang terlihat dari layar televisi, yang hadir duduk di deretan kursi paling depan, terlihat kecut, sepertinya ada perasaan tidak puas dengan penampilan Joko Widodo.

Ketika sesi penyampaian visi misi, Prabowo dengan sangat tegas menyatakan akan berjuang untuk menjaga Pancasila dan NKRI. Ketegasan itu datang dari berbagai isu dan tuduhan bahkan fitnah yang ingin merusak Prabowo. Di satu sisi dituduh sebagai “Islam radikal yang akan menganti Pancasila dengan Khilafah” di sisi lain ia di anggap tidak paham Islam, tidak bisa jadi imam shalat, tidak bisa baca Qur’an.

Fitnah yang kontradiksi ini, membuat Prabowo dengan tegas menyatakan sikapnya sebagai penjaga Pancasila dan NKRI. Dan itu memiliki bukti yang nyata ketika ia masih berada di militer. Pembelaannya terhadap Pancasila dan NKRI sangat luar biasa.

Di sisi lain, Jokowi hanya menggambarkan visi dan misi yang normatif dan tidak memiliki sebuah nilai dalam percakapan elite bangsa. Karena itu ketika sesi debat dibuka, yang terekam dalam memori publik adalah sikap tegas versus ketidaktegasan karena ketegangan.

Bahkan lebih jauh lagi, dari hasil debat itu, publik melihat ketidakmampuan Jokowi menjelaskam pikiran ideologis, filosofis, politik dan hukum. Sementara dalam konsep membangun kekuatan pertahanan keamanan, birokrasi yang kuat dan hubungan luar negeri yang beriwibawa, Jokowi kelihatannya tidak memiliki sebuah konsep yang jelas.

Ketidakmampuan untuk menjelaskan tentang fisolofis bernegara dan ketidakmampuan untuk mengungkapkan program pemerintah dalam bidang-bidang yang menjadi perhatian debat tersebut, sebanding dengan ketidakmampuan jokowi serta tidak adanya prestasi yang mencolok dari pemerintahan Jokowi tentang hal tersebut.

Akibat dari semua kelemahan kekuasaan pemerintahan Jokowi selama satu periode itu, menghasilkan penurunan harga diri bangsa Indonesia di mata internasional, yang tersisa hanya “pujian maut” untuk merampas semua yang dimiliki oleh Negara, dari korporasi swasta dan asing.

Yang dibanggakan oleh Jokowi dan pendukungnya, hanya pujian dari asing, yang tidak jelas dalam bidang apa pemerintahan Jokowi dipuji. Sementara pujian itu dijual di publik untuk kepentingan elektabilitas. Sedangkan kenyataan berbeda jauh. Yang hilang adalah trust, kepercayaan publik merosot tajam.

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button