OPINI

Berakhirnya Jokowi dan Antusiasme Rakyat kepada Prabowo

Akhir Dari Jokowi

Debat Capres keempat itu akan menjadi titik penting bagi peralihan besar untuk kemenangan Indonesia. Juga sebagai tawaran konsep kenegaraan yang jelas dari Prabowo kepada rakyat Indonesia. Debat itu akan menjadi titik penentu bagi rakyat untuk memilih dan melabuhkan suaranya kepada pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 02 Prabowo Sandi.

Point debat itu, memperlihatkan bahwa Prabowo sangat komprehensif dalam memahami konsep Negara, dari perspektif, kadaulatan, pertahanan dan keamanan, hubungan internasional dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta birokrasi yang kuat. Sekaligus menjadi pemantapan bagi pemilih cerdas untuk menentukan pilihannya.

Pemilih undicided voters dan swing voters, tengah menanti konsep yang jelas ini. Tentu ini menjadi titik balik dan peralihan besar, dimana ketika titik terendah kepercayaan kepada kekuasaan, muncul satu konsep yang integral untuk mengalihkan suara kepada Prabowo-Sandi.

Debat Capres keempat itu juga merupakan akhir dari segala wacana publik yang mencari kelebihan Jokowi. Mengakhiri segala klaim dan keberhasilan yang dipuja-puji oleh buzzer kekuasaan. Mendeligitimasi pujian-pujian maut yang dating dari asing untuk mengelabui Indonesia.

Hal inilah yang ditunggu oleh rakyat Indonesia. Sebuah pikiran besar, narasi besar untuk Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Sebuah cita-cita dan pandangan kenegaraan yang jelas, telah datang untuk menjawab segala kegundahan hati rakyat Indonesia dan memecahkan segala soal yang dikhawatirkan oleh bangsa Ini.

Jelas, apa yang dinginkan oleh Prabowo adalah kedaulatan Indonesia di bidang politik, kemandirian Indonesia di bidang ekonomi, kepribadian Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan nilai luhur bangsa. Sebuah pandangan kenegaraan yang diambil dari nadi bangsa yang menjadi filosfische groundslaag Indonesia merdeka.

Sementara Jokowi tidak bisa mengucapkan pikiran besar itu, kecuali ia mengungkapkan sebuah argumentasi yang teknis, bukan pikiran kebangsaan yang fundamental, melainkan hanya sebatas pada persoalan teknis.

Sungguh menyedihkan, seorang Capres tidak memiliki konsep berpikir kenegaraan. Ini saya sebut kemiskinan. Miskin ideologi, duafa intelektual, miskin narasi dan mengemis dalam persoalan ekonomi.

Ketidakmampuan seorang Capres seperti itu, akan memberikan dampak buruk bagi kemajuan bangsa. Sebab bangsa yang maju, pertama-tama harus memahami ideologi dan konsep dasar serta cita-cita luhur bangsa.

Jokowi menganggap cita-cita luhur itu, hanya pada sebatas fisik saja. Seperti membangun jalan tol dan lain-lain. Padahal bangsa yang besar, adalah bangsa yang menyadari akan sebuah sejarah dan pikiran serta falsafahnya.

Jokowi tetaplah Jokowi. Ia hanya memahami negara dari bentuk fisiknya saja. Ia menganggap negara itu besar karena infrastruktur fisik, tapi pikiran ia tidak pedulikan. Ini menjadikan kita kehilangan identitas dan kepribadian Indonesia.

Sebuah bangsa dengan infrastruktur yang besar, tapi dibangun diatas tumpukan hutang menggadaikan harga diri, memberikan jalan untuk asing memeras sumber daya adalah merupakan pemerintahan kolonial yang dihidupkan kembali. Sebab belanda ketika menjajah ia membangun infrastruktur, tapi semua kekayaan alam dikuras habis dan rakyat Indonesia menanggung derita kemiskinan.

Inilah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Menyediakan karpet merah untuk penjajah, melalui digitalisasi dan semua alat teknologi, tapi kita tidak sadar kekayaan dan uang Negara mengalir begitu cepat keluar negeri.

Apakah hal seperti ini yang kita inginkan? Kalau ini terjadi, bukan hanya kita terancam miskin dan dikuasai oleh negara besar, tetapi harga diri dan martabat Indonesia akan turun ke derajat yang hina, hanya karena pemimpin yang doyan hutang dan tidak mengerti bagaimana menjaga kedaulatan negaranya sendiri.

Akibat dari ketidakpahaman itu, maka terjadilah penyelengaraan negara secara serampangan dan amatiran, kedaulatan terancam, investasi asing yang berjalan bersamaan dengan invansi.

Seperti membanjirnya tenaga kerja asing, itu merupakan ancaman kedaulatan dan awal dari invansi Negara-negara besar yang sedang disiapkan untuk mengepung Indonesia, melalui Laut China Selatan. Sementara pertahanan kita rapuh dalam menghadapi ancaman perang yang setiap saat bisa mengamcam negara Indonesia.

Invansi yang berkedok investasi, serta penguasaan sumber daya alam yang terus menerus membuat kekayaan Negara mengalir keluar negeri. Jokowi tidak punya argumentasi untuk menjaga semua kekayaan dan sumber daya yang dimiliki oleh negara.

Tetapi dalam situasi bimbang Prabowo, memberikan satu optimisme dan jalan keluar yang sangat utuh, yang digali dari ideologi dan identitas nasional dengan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button