SAKINAH

Bersegeralah dalam Hijrahmu

“Jika engkau berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah, jika itu berat untukmu berlari-lari kecillah, jika lelah maka berjalanlah, jika kamu tidak bisa maka merangkaklah. Tapi jangan pernah engkau berhenti atau berbalik arah.” – Imam Syafi’i –

Begitulah kata-kata yang menjadi motivasiku untuk terus istiqamah dalam hijrah ini. Hijrahku mungkin terasa berat di awal, ini dikarenakan jauhnya hati ini dari Islam, sehingga sulit sekali meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan syari’at. Butuh tekad sekuat baja untuk tekun dalam menuntut ilmu, ini dikarenakan diriku yang tidak pernah peduli terhadap ilmu syariat. Mulai dari belajar membaca Al-Qur’an kemudian mentadabburinya dilanjutkan dengan berusaha sekuat tenaga untuk terus mengamalkannya.

Berbenturan sana-sini pun saya rasakan, mulai dari keluarga, sahabat juga lingkungan. Menjadi begitu sulit karena banyak yang mengenal Islam dan mengaku Muslim tapi hanya sebatas memahaminya dan tak sampai mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Maka sebagai seorang Muslim haruslah kita menyelaraskan hati, akal dan amal sesuai dengan Islam. Karena begtulah sejatinya Islam, tidak hanya sebatas memahaminya tapi juga haruslah sampai kepada amalan yang sesuai dengannya. Ditambah bonus menenangkan hati.

Perang batinpun pasti terjadi, ada perasaan berat untuk melakukan syariat yang mungkin bagiku itu merepotkan, seperti merasa repot diawal ketika memakai pakaian yang sesuai dengan syariat Allah. Atau resahnya akal yang sering mempertanyakan kenapa harus seperti ini, kenapa harus begitu dan banyak lagi sejuta alasan dari manusia yang lemah ini. Dan pastinya tak ada hijrah tanpa cobaan, semua yang datang bertubi-tubi, semua godaan yang terus menderu adalah salah satu bentuk ujian dari Allah, untuk menguji apakah kita sungguh-sungguh dalam berhijrah. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan “kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?” (Al-Ankabut: 2)

Adapun perasaan bersalah atas dosa-dosa di masa lalu menjadi beban dalam hati dan semakin menyemangati sehingga membuat saya memutuskan untuk berlari di dalam hijrah. Ya hijrah yang secara total. Hijrah tanpa nanti dan tanpa tapi, tanpa takut melepaskan hal-hal yang bersifat duniawi dan perubahan yang tidak takut akan pendapat manusia, tapi lebih takut dengan apa kata Allah. Selain itu juga ada rasa takut yang amat sangat ketika diri ini mengingat kematian, karena sesungguhnya ajal rahasia Allah SWT yang tak pernah kita ketahui kapan waktunya. “Sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah kematian” – Imam Al-Ghazali –

Sangat takut seandainya waktuku di dunia ini sampai pada akhirnya dan belum banyak amal salih yang aku lakukan. Masih saja jadi manusia yang bermaksiat kepada Allah. Maka sekuat diri ini dapat berlari untuk terus memperbaiki diri menuju jalan yang Allah ridhai, aku akan terus berlari. Meski kadang lelah, kadang tertatih dan kadang harus merangkak, aku yakin bahwa ini jalan yang memang harus ditempuh. Menjadikan Islam sebagai jalan hidupku.

Dengan niat hanya karena Allah semata dan dengan kesungguhan aku berusaha memantaskan diri untuk meraih tiket menuju surga. Ikhtiar untuk menjadi Muslimah yang baik, bersemangat menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Dan berkumpul dengan sahabat-sahabat salihah menjadi kekuatan tersendiri karena mereka adalah orang-orang selalu mengingatkan dan selalu mengajak pada kebaikan, saling menasihati di dalam kebenaran dan saling menjaga untuk tetap istiqamah di jalan Islam.

Setiap peluh yang keluar di jalan Allah, setiap air mata yang menetes karena takut akan azab-Nya yang pedih, setiap air mata yang jatuh karena belajar untuk mencintai hanya kepada Allah, setiap usaha yang dikerahkan untuk menebus segala dosa dan untuk meraih pahala kebaikan, setiap perjuangan untuk menegakkan syariat Islam adalah harapanku supaya semua ini menjadi hujjahku di hadapan Allah kelak dan mendapatkan ampunan dari-Nya.

Jadi bagaimana engkau menjalani hijrahmu, entah itu berlari, entah berjalan santai ataupun dengan cara merangkak semua kembali kepada pilihan masing-masing? Tapi teruslah berlari, teruslah berjalan jangan sampai hijrahmu itu terhenti dan berbalik arah. Pastikanlah jalanmu adalah jalan kebenaran menuju cahaya Ilahi. Teruslah istiqamah di jalan Islam sampai kamu mencicipi nikmatnya iman, nikmatnya beribadah sehingga lahirlah sebuah ketakwaan. Karena nikmat iman itulah yang membuka mata kita bahwa dunia yang kita cintai ini hanya bersifat sementara. Dan dengan takwa kita akan mempersiapkan bekal terbaik untuk menuju tempat tinggal terbaik di akhirat kelak.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Ali Imran:133)

Dian Salindri
Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok

Artikel Terkait

Back to top button