BKsPPI: Memaknai Hari Santri dengan Menguatkan Budaya Ilmu Pesantren
Sistem Pendidikan Pesantren
Sistem pendidikan pesantren memilki cari khas yang unik. Kiai sebagai sentral ilmu, tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tapi juga mengawal akhlak santri.
Kurikulum pesantren tidak hanya terbatas pada daftar mata pelajaran, tapi semua aktivitas santri selama dua puluh empat jam, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali adalah juga termasuk kurikulum pesantren.
Pesantren mendidik para santri, tidak hanya lewat teori dan ucapan, tapi dibuktikan dalam tindakan, sehingga transformasi keilmuan di pesantren diikuti dengan transformasi akhlak dan semangat juang.
Kiai sebagai teladan bagi akhlak santri, dan sekaligus sebagai ‘Role models in education’ yang ideal. Sehari-hari para santri hidup bersama kiai melihat dan merekam perilaku kiai sebagai teladan.
Apa yang diajarkan, dipraktikkan secara langsung oleh kiai, sehingga sinar ilmunya menembus hati dan jiwa santri.
Dalam pendidikan pesantren dikenal dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan (mulazamah), dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut sistem kolektif (muhadharah).
Dengan sistem sorogan tersebut, setiap santri mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiai.
Kiai akan membacakan kitab-kitab berbahasa Arab (kitab kuning) dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibunya. Pada gilirannya santri mengulangi dan menerjemahkannya kata demi kata sama dengan apa yang diungkapkan oleh Kiai.
Dengan sistem ini terjadi interaksi intensif antara guru dan murid, sehingga terjalin kedekatan yang khas antara santri dengan Kiai.
Dalam sistem bandongan atau wetonan atau kolektif ini, sekelompok santri mendengarkan seorang kiai yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab dalam bentuk kelas.