RESONANSI

BKsPPI: Memaknai Hari Santri dengan Menguatkan Budaya Ilmu Pesantren

التوحيد يوجب الإيمان, فمن لا إيمان له لا توحيد له, والإيمان يوجب
الشريعة, فمن لا شريعة له لا إيمان له ولا توحيد له, والشريعة توجب
الأدب, فمن لا أدب له لاشريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له.

Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid dan syariat mewajibkan adanya adab maka barangsiapa yang tidak beradab maka (padahakekatnya) tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.)

Lebih dari itu, ilmu dan adab adalah inti dari ilmu nafi’ yaitu yang bermanfaat. Ilmu nafi’ ini adalah ilmu yang pernah diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam agar diminta dan dicari setiap saat. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman kepada Nabi-Nya,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah, wahai Robbku tambahkanlah ilmu kepadaku.” (QS. Thoha: 114)

Melalui ayat ini, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diperintahkan untuk senantiasa memohon kepada Allah tambahan ilmu yang bermanfaat. Ibn Uyainah berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak henti-hentinya memohon tambahan ilmu nafi’ kepada Allah sampai beliau wafat”.

Ibn Katsir menambahkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah diperintahkan untuk meminta tambahan apapun kecuali tambahan ilmu nafi’ ini, oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa istiqamah melantunkan do’a ilmu nafi sebagaimana berikut ini :

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

“Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa membaca do’a: “ Ya Allah berikanlah manfaat terhadap apa yang telah engkau jarkan kepadaku, dan ajari aku apa yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu, segala puji hanya milikmu atas segala keaadaan, dan aku berlindung dari perilaku ahli neraka.” (HR. Tirmidzi dan Bazzar)

Ilmu yang bermanfaat (ilmu nafi’) akan mendatangkan iman. Realisasi iman akan membawa pada amal shaleh. Integrasi keduanya akan membawa ke jalan yang lurus (sirath mustaqim).

Dengan demikian, bila ilmu didapatkan akan tetapi tidak diikuti dengan amal shaleh, bisa digolongkan kepada ilmu yang tidak bermanfaat (ghairu nafi’) dan bahkan termasuk dalam perbuatan munafik.

Ilmu yang bermanfaat selanjutnya akan mendatangkan rasa takut kepada Allah (khasyah) sehingga dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemiliknya disebut alim atau ulama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Fathir ayat 28:

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button