BKsPPI: Memaknai Hari Santri dengan Menguatkan Budaya Ilmu Pesantren
Paling tidak ada empat budaya, yang dikembangkan pesantren dalam rangka melaksanakan program kaderisasi ulama di masa mendatang.
Budaya Ilmu
Budaya ilmu ini diharapkan agar santri menguasai berbagai disiplin ilmu-ilmu keislaman secara luas dan mendalam, melalui pengkajian kitab kuning (turats), dan juga kitab pemikiran kontemporer.
Rasulullah saw bersabda, “Jadilah kamu orang mengajarkan ilmu, atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang mendengarkan ilmu, atau orang yang mencintai ilmu. Dan janganlah kamu menjadi golongan yang ke lima, sebab kamu akan celaka.”
Hadits ini menegaskan keharusan setiap orang berperan dalam pembangunan peradaban ilmu itu. Dan pilihannya hanya ada empat.
Pertama, menjadi ulama yang membagikan ilmu. Kedua, menjadi penuntut ilmu yang tekun dan serius. Ketiga, menjadi pendengar ilmu di waktu-waktu senggang bagi orang yang sibuk.
Dan terakhir, menjadi pecinta ilmu dengan membantu orang lain dalam mencari ilmu, baik dengan memberi bantuan harta atau hal yang lainnya. Dan inilah yang terjadi pada masa jaya kaum muslimin dahulu. Semua pihak memiliki peran masing-masing dalam menegakkan peradaban.
Budaya Adab
Dalam lingkungan pesantren, ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya ibarat sebuah koin yang tak terpisahkan, di mana kebermaknaan yang satu tergantung pada yang lainnya.
Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah.
Dengan demikian ilmu dan adab harus bersinergi, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai (al-maghdhubi alaihim), sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan (al-Dhallin).