Buku Bacaanmu, Itulah Identitas Dirimu
Seharusnya, inilah yang menjadi acuan para penulis baru, pembaca setia dan remaja zaman ini terkait pergaulan. Menurut saya, seharusnya para penulis mampu mengikuti aturan Allah dalam membuat karya, terlebih karya tersebut akan dibaca oleh khalayak ramai. Jangan sampai karena karya yang sebenarnya hanya imajinasi, tapi malah menghantarkan penulis ke dalam neraka-Nya. Pun untuk para pembaca, kita sebagai pembaca harus gesit dalam memilah mana buku yang pantas dikonsumsi dan novel mana yang tepat untuk dinikmati. Jika ada kekuarangan atau kesalahan dalam cerita tersebut, tak sepatutnya kita mengikutinya. Novel-novel hanya bersifat menghibur, bukan sebagai landasan dasar hidup kita. Ada buku yang lebih keren, buku yang lebih sakti, buku yang jika kita membacanya akan mendapatkan pahala, yakni Qur’an.
Membaca boleh, berdrama boleh, tapi tak ada kebolehan untuk melanggar aturan Allah. Terlebih lagi, di zaman dahulu di tahun 632 M-1924 M. Saat itu Islam yang menguasai dua per tiga dunia, sedangkan Eropa sedang menagalami dark ages. Saat itu, semua kejadian dalam negri, diatur oleh aturan Islam, baik itu kesehatan, keamanan, pemerintahan, hingga pendistribusian buku kepada masyarakat, semua wajib disahkan oleh pemerintah Islam. Jadi, buku-buku sudah tersortir dengan benar, yang mana yang layak dibaca untuk usia anak, usia remaja, dan lainnya. Dengan begitu, tak ada lagi cerita-cerita yang bersifat pornoaksi, pornografi, atau melanggar aturan Islam lainnya yang dikonsumsi oleh anak di bawah umur. Itulah indahnya kehidupan di zaman Islam saat itu, semua terjaga dari maksiat, terhindar dari marabahaya api neraka.
Bacaan kita, itulah yang mengisi ruang pikiran kita. Pikiran kita, itulah yang menciptakan perilaku kita. Perilaku kita, itulah yang menggambarkan diri kita seutuhnya di mata orang lain. Bukumu adalah gambaran dirimu, maka bacalah buku-buku baik, dan ambil baik-baiknya saja. Semoga buku tak akan menghantarkan kita ke dalam api neraka, tapi menarik kita ke surga-Nya. Itulah harapan saya, semoga harapan kita sama.
Fathiya Puti Khaira, Siswi kelas 11 SMA Durrotul Ummah, Tangerang.