REMAJA

Buku Bacaanmu, Itulah Identitas Dirimu

Dua tahun virus kecil mewabah di negri ini, dua tahun pula kita terkungkung dalam rumah dengan dibatasi oleh aturan untuk selalu menerapkan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak).

Banyak perubahan yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan masyarakat, banyak pula hal yang dulunya tak biasa, sekarang menjadi sebuah kewajaran yang biasa-biasa saja. Salah satunya dalam bidang kepenulisan, dua tahun di rumah aja, telah melahirkan para penulis muda yang berkarya dengan novel-novelnya.

Semua berkembang, yang tadinya tak ada novel online atau perpustakaan online, kini sudah tersedia di aplikasi manapun itu. Itulah yang akhirnya memudahkan para remaja saat ini, untuk menyuarakan imajinasinya, ditambah lagi remaja saat ini yang begitu melek akan kecanggihan teknologi dan tak mau ketinggalan suatu apapun. Saya menjadi penikmat dari pembaharuan ini. Saya kerap kali membaca novel-novel baru, yang kebanyakan berlatar cerita anak muda. Tentu pastinya bergenre yang tak jauh dari sekitaran itu, kalau bukan romance-religi, berarti inspirasi atau motivasi.

Namun, banyak cerita menarik yang saya temukan selama membaca novel-novel tersebut. Ada alur yang sangat ringan hingga alur yang sangat berat, bahkan sampai-sampai penulisnya sendiri tak tahu ingin menyelesaikan konflik dalam cerita tersebut seperti apa. Memang sejatinya, novel adalah sebuah cerita yang berisi konflik, lalu diakhiri dengan penyelasaiannya, bisa jadi berepilog happy ending atau tragic ending. Akhirnya, dari banyak novel yang saya baca dan perhatikan, saya menyimpulkan bahwa penulis berlomba-lomba membuat konflik serumit mungkin dan penyelesaian yang seajaib mungkin, agar memikat para pembacanya.

Muncullah istilah seperti plot twist, atau istilah lain yang menggambarkan bahwa buku ini benar-benar tak bisa ditebak. Bisa jadi tokoh yang divonis sakit kanker lalu sembuh, tokoh yang koma bertahun-tahun tapi bisa bangkit lagi, atau sampai ada tokoh yang sudah dikatakan oleh dokter meninggal, tapi ia hidup lagi. Ada juga tentang pendonoran atau transpalasi, pernikahan yang berulang kali, perceraian yang tak jadijadi, dan hal lainnya yang semestinya tak masuk akal jika cerita tersebut benar-benar terjadi di kehidupan nyata.

Namun lama-kelamaan, saya banyak menemukan buku yang bergenre religi, tapi tak sesuai dengan norma agama, terkhusus bagi agama Islam. Dalam buku-buku romance-religi yang berlatar cerita anak SMA atau kuliah, sering kali dideskripsikan bahwa para tokoh adalah orang-orang yang sholih dan patuh agama. Mereka memakai kerudung dan jilbab, tokoh laki-lakinya adalah ketua Rohis, tapi banyak adegan atau bagian yang menceritakan mereka pulang bersama, makan bersama, dan hal lainnya. Judulnya memang tak ada pacaran, tapi berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram adalah haram. Namun karena adanya cerita-cerita seperti ini, banyak remaja yang menjadikan novel tersebeut sebagai acuan dan mengatakan bahwa pulang bersama menaiki motor dengan lawan jenis itu boleh, makan bersama itu boleh, main bersama itu boleh, yang tak boleh hanya pacarannya saja.

Padahal kata Allah,

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).

Allah melarang kita untuk mendekati zina, lalu apa yang dimaksud dengan mendekati zina itu? Para ulama mengatakan yang dimasuk mendekati zina itu ada tiga, yakni khalwat (berdua-duaan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram), ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram), dan tabarruj (seorang perempuan yang menampakkan perhiasannya secara berlebihan kepada laki-laki yang bukan mahramnya). Berarti Allah melarang kita untuk berbuat seperti hal-hal di atas dan jika mendekati hal-hal tersebut maka balasannya adalah neraka.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button