NUIM HIDAYAT

Covid-19, Pandemi Alami atau Rekayasa?

Virus Covid-19, menjadikan banyak orang stress. Kematian pun dimana-mana. Entah karena stress melihat bahayanya, penyakit bawaan yang dideritanya atau karena komplikasi obat. 

Pemerintah Indonesia pun kelimpungan. Ketika tahun lalu, pertama kali World Health Organization mengumumkan bahaya virus Covid-19, pemerintah menutup masjid-masjid di kota-kota besar. Majelis Ulama Indonesia pun diminta fatwanya. Sehingga jutaan umat saat itu tidak melakukan shalat Jumat beberapa kali. Saya pun sempat tidak shalat Jumat beberapa kali. Tapi saya tetap sering datang ke Masjid Baitul Qur’an, masjid terdekat dengan rumah saya.

Tapi hati saya tidak terima. Pengalaman masa kecil suka membaca novel Agatha Christie membuat saya terus bertanya dalam hati. Benarkah keputusan pemerintah dan MUI ini? Saya pun datang kepada Mas Aru Syeif Assadullah. Laki-laki ini adalah sahabat saya lama, sejak 1996. Ia pun menjelaskan tentang kekacauan sikap pemerintah ini, sambil memberi buku yang berisi sejarah mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menolak virus dari WHO. Dugaan saya benar ada sesuatu yang tidak beres dalam pandemic Covid-19 ini.

Saya pun dengan istri kemudian berkunjung ke pasar Palsigunung, Tugu, Cimanggis. Saya menemukan di sana masyarakat biasa saja beraktivitas. Aneh keputusan pemerintah ini, fikir saya, menutup masjid tetapi membuka pasar. Bukankah Rasulullah Saw mengingatkan masjid adalah tempat terbaik dan pasar adalah tempat terburuk?

Saya pun akhirnya menulis tentang fenomena keanehan di facebook. Oh ya sebelumnya saya bertanya kepada Ustadz Abdurrahman al Baghdadi tentang fenomena Covid ini dan ia membuat jawaban yang panjang dan bagus. Intinya semua gedung boleh ditutup, kecuali masjid.

Maka kini ketika MUI dan DMI DKI Jakarta membuat keputusan untuk menutup masjid di Jakarta mulai 22 Juni sampai 5 Juli 2021, saya pun langsung membuat respon di Facebook saya. Saya mengutip surat at Taubah 18, ”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Bagi yang tidak terbiasa ke masjid, penutupan masjid dianggap biasa. Tapi bagi mereka yang sering ke masjid, cinta kepada masjid dan mendalami peran masjid dalam perjuangan Islam, penutupan masjid adalah masalah besar. Coba tengok sejarah apa yang dibangun Rasulullah pertama ketika hijrah ke Madinah? Rasulullah tidak membangun gedung pemerintahan, perumahan penduduk atau lainnya, tapi masjid yang dibangun pertama kali.

Masjid saat itu menjadi tempat berunding Rasulullah dengan sahabat, tempat mencari ilmu, tempat shalat dan lain-lain. Hal-hal yang menyangkut kemasyarakatan, ibadah dan lain-lain dilakukan di masjid. Bila Al-Qur’an adalah kitab suci, maka masjid adalah tempat suci bagi umat Islam. Tempat dimana seorang Muslim berhubungan dengan Dzat Yang Maha Kuasa, Allah SWT.

Rasulullah menyatakan bahwa shalat adalah mi’raj orang mukmin. Ini berarti bahwa ketika seorang Muslim shalat di masjid, ia laksana bermi’raj. Berhubungan langsung dengan Yang Maha Menciptakan dirinya (manusia).

Kenapa Rasulullah menamakan tempat suci itu dengan masjid? Masjid dalam bahasa Arab artinya tempat sujud. Tempat dimana seorang Muslim mengakui kelemahan dirinya dan mengakui adanya Tuhan Yang Maha Segalanya. Sebagai manusia kita kadang menuruti nafsu, malas berbuat kebaikan, tergesa-gesa, putus asa dan lain-lain. Ketika sujud kepada Allah, kita minta kemuliaan di dunia dan akhirat. Kita minta dihilangkan sifat-sifat buruk yang kadang kadang melekat pada diri kita.

Dalam dunia modern yang dikuasai internet ini, manusia dipengaruhi informasinya dari internet. Membaca koran atau buku menjadi barang mewah saat ini. Kebanyakan orang dari bangun tidur sampai tidur lagi, yang dipegang handphone. Sehingga otaknya bekerja, sesuai dengan informasi apa yang ada di dalam handphone.

Maka tidak aneh, bila banyak dokter atau ahli agar manusia di seluruh dunia memakai masker –karena pandemic Covid-19- orang pun ramai-ramai memakainya. Orang tidak lagi mendengar pendapat minoritas dokter atau ahli yang menyatakan bahwa memakai masker itu berbahaya, mengurangi oksigen yang masuk dan lain-lain.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button