NUIM HIDAYAT

Dakwah dan Budaya

Kemarin dan hari ini, Jumat-Sabtu (17-18 Juni 2022) saya mengikuti rapat-rapat Dewan Da’wah Jawa Barat. Banyak yang menarik dari rapat ini.

Ada 23 kabupaten dan kota se-Jawa Barat yang menghadiri rapat koordinasi wilayah ini. Bekasi, Depok, Bogor, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang dan lain-lain.

Mereka memaparkan program dakwah yang telah dilakukan masing-masing di daerahnya dan juga rencana ke depan.

Pengurus daerah Dewan Da’wah kini bukan hanya diisi orang tua, tapi juga anak muda. Mereka semangat dalam menjalankan dakwah mesti harus berlelah lemah.

Kini tema Dewan Da’wah adalah dakwah bil hikmah. Berdakwah mempengaruhi pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan dunia. Berdakwah mempertimbangkan situasi kondisi nasional dan internasional

Berdakwah tidak asal omong atau nulis. Ia mesti punya ilmu yang cukup terhadap apa yang diomongkannya.

Yang menarik dalam acara ini Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Dr Adian Husaini, menekankan pentingnya pendekatan kebudayaan kepada Islam.

Ia mengharapkan agar citra Sunda di Jabar ini selalu identik dengan Islam. Ia menyatakan bahwa ada usaha-usaha pihak lain untuk memisahkan suku Sunda dengan Islam.

Dulu ada Yayasan Kristen Doulos yang menyatakan bahwa suku Sunda adalah suku yang sangat sulit ditembus untuk Kristenisasi. Maka, budaya Sunda identik dengan Islam itu harus dipertahankan. Ia mengharapkan jangan sampai wajah Islam yang muncul di tanah air ini dengan ‘wajah Arab’ yang menghilangkan budaya tanah air.

Dr Adian juga menekankan bahwa Islam itu adalah rahmatan lilalamin. Membawa rahmat bagi semesta alam. Maka pihak-pihak di luar Islam jangan takut kepada Islam.

Memang tidak dipungkiri ada kelompok tertentu yang kurang paham terhadap Islam, menghilangkan budaya dalam pendekatan dakwah. Diantaranya mereka mengharamkan musik. Padahal seharusnya yang dilakukan adalah Islamisasi musik atau Islamisasi budaya, bukan mengharamkannya. Bila musik diharamkan, maka pihak-pihak di luar Islam, akan menggunakan musik itu untuk menjalankan misinya. Dan itu kini terjadi. Wallahu alimun hakim.

Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia.

Artikel Terkait

Back to top button