Dakwah Sunan Bonang di Tanah Jawa
Dalam mengembangkan dakwahnya, Sunan Bonang mendirikan masjid di wilayah pedalaman di Kediri yang kala itu masyarakatnya masih menganut ajaran Tantrayana (ajaran Hindu dan Buddha). Selain itu, Sunan Bonang banyak berkontribusi untuk Kerajaan Islam Demak. Dalam berdakwah Sunan Bonang memanfaatkan buku-buku karya ulama ahli tasawuf seperti Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali dan beberapa karya dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani juga dari karya Abu Yazid al-Bustami.
Terkait dengan ajaran tasawuf Sunan Bonang, yang banyak memengaruhi ajarannya adalah pemikiran Imam al-Ghazali. Ajaran Sunan Bonang berlandaskan pada al-Qur’an dan hadis dengan corak Suni (Ahlu al-Sunnah wa al-Jama‘ah). Jadi, ajaran-ajaran Sunan Bonang aman.
Menurut Sunan Bonang, ilmu tasawuf adalah ilmu tentang hubungan manusia dengan Tuhan yang berpuncak pada ma‘rifatullah (mengenal Tuhan). Menurutnya, langkah awal seorang salik (murid) untuk mengenal Tuhan adalah dengan cara mengenal diri sendiri, karena sesungguhnya keberadaan manusia adalah gambaran dari keberadaan Tuhan. Secara sederhana, tidak akan ada produk jika tidak ada produsen.
Hal yang harus dilakukan seorang salik untuk mengenal diri sendiri adalah menyucikan diri dengan mengalahkan hawa nafsunya, memperbanyak ibadah, mengikuti sunah, berwirid, dan berzikir.
Perlu diketahui bahwa Sunan Bonang menentang paham yang mengatakan bahwa Tuhan dan makhluk adalah satu, seperti paham al-Ittihad, panteisme, dan manunggaling kawula gusti, dengan mengeluarkan ungkapan dalam bahasa Jawa, yakni padudoning kawula gusti yang artinya “kebukanan hamba dengan Tuhan.” Maksudnya, Tuhan tidak bersifat seperti makhluk dan makhluk tidak bersifat seperti Tuhan. Keduanya berbeda dan tidak akan pernah menyatu.
Sunan Bonang berjuang keras dalam menyebarkan agama Islam. Tentu beliau berharap agar masyarakat Indonesia dapat memeluk agama Islam dan mengikuti ajaran yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis. Beliau tidak menginginkan umat Islam berada di jalan yang salah, tindakan-tindakan beliau juga merupakan bentuk antisipasi terhadap ancaman-ancaman yang mungkin terjadi di kemudian hari. Salah satu bentuk antisipasi beliau adalah dengan mengeluarkan konsep “padudoning kawula gusti.” Dengan begitu, akidah masyarakat Indonesia tetap tegak di atas fondasi yang kokoh.
Dengan perantara perjuangan Sunan Bonang dan para wali lainnya, melalui pendekatan dan asimilasi budaya, akhirnya Islam menyebar di seluruh penjuru Nusantara. Bahkan, mayoritas penduduk Indonesia saat ini beragama Islam.
Atiris Syari’ah, Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.