Demokrasi Islam
Para pemikir Barat, diantaranya Francis Fukuyama menyatakan bahwa demokrasi liberal ini adalah ‘puncak pemikiran manusia’. Di masa demokrasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan kemakmuran terjadi. Francis Fukuyama terkenal dengan bukunya The End of History and The Last Man (1992).
Kini tahun 2018 muncul buku How Democracies Die. Buku ini ditulis oleh dua ilmuwan politik terkemuka, profesor Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt (Crown Publishing Group). Buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Dalam bukunya, kedua ilmuwan politik ini menyoroti fenomena kemunculan sejumlah .pemimpin yang terkesan diktator, yang justru muncul melalui hasil pemilu. Mereka berpendapat bahwa kini demokrasi mati bukan karena pemimpin diktator–jenderal militer–yang memperoleh kekuasaan lewat kudeta, melainkan justru oleh pemimpin yang menang melalui proses pemilu.
Porsi buku ini banyak mengulas soal fenomena yang terjadi di Amerika Serikat. Yakni ketika Donald Trump, yang diusung oleh Partai Republik, menang pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2016 lalu. Begitu terpilih, Trump langsung mengeluarkan pernyataan kontroversial yang membuatnya seperti diktator. Beberapa di antaranya rencana membangun tembok perbatasan Meksiko-Amerika Serikat; kebijakan luar negeri Korea Utara dan Afghanistan yang memicu perang; reformasi pajak; sikapnya yang arogan kepada media yang mengkritiknya, ketidakpercayaannya pada fenomena perubahan iklim; hingga yang paling kontroversial soal pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Selain itu, buku ini juga mengulas soal fenomena serupa di Brasil, Filipina, hingga Venezuela. Fenomena pemimpin diktator yang menang lewat pemilu juga terjadi di Peru, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Turki, dan Ukraina.
Dalam politik luar negerinya, Amerika juga tidak mempromosikan demokrasi sepenuhnya. Di Timur Tengah, negara adidaya ini mendukung pemimpin-pemimpin yang cenderung diktator. Arab Saudi dan Mesir contohnya. Amerika berdiam diri, ketika Raja Saudi memenjarakan ulama-ulama yang kritis kepada kerajaan. Atau Amerika mendukung Presiden as Sisi di Mesir yang meraih kekuasaan dengan mengkudeta Presiden Mursi. Seperti diketahui Mohammad Mursi meraih kursi kepresidenan lewat pemilu yang sah dan kredibel.
Kembali kepada masalah Demokrasi Islam, Teodemokrasi atau Demokrasi Religius. Menurut saya ini adalah sistem pemerintahan ideal bagi bangsa Indonesia yang hampir 90% penduduknya beragama Islam. Sistem ini cocok, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga bagi dunia Islam.
Demokrasi Islam ini bisa diibaratkan seperti Bank Islam. Ijtihad para cendekiawan Islam memecahkan problematika ekonomi dunia yang penuh dengan riba. Meski belum sepenuhnya berhasil mengatasi problematika ekonomi, tapi paling tidak ada cahaya ke sana.
Dalam ilmu politik, selain sistem, yang menentukan keadilan dan kemakmuran sebuah negara, adalah orangnya. Pemimpinnya. Dalam sistem yang ideal, pemimpinnya juga harus ideal. Pemimpinnya harus punya akidah Islam yang kuat, jiwa kepemimpinan yang mumpuni, cerdas dan berpemikiran terbuka (demokratis).
Akankah terwujud di tanah air atau di dunia Islam suatu saat?
Wallahu azizun hakim.
Nuim Hidayat
Penulis Buku ‘Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah’.