SUARA PEMBACA

Di Balik Diksi Magic Berdamai dengan Covid-19

Pernyataan Presiden Jokowi kembali menjadi sorotan publik. Melalui akun resmi media sosial miliknya pada Kamis, 7/5/2020, presiden meminta agar masyarakat untuk dapat berdamai dengan Covid-19, hingga vaksin virus tersebut ditemukan. Pernyataan tersebut terang menuai keterkejutan dan kritik. Mengingat belum meredanya penyebaran Covid-19. (cnnindonesia.com, 9/5/2020).

Diksi magic ‘berdamai dengan Covid-19’ juga membingungkan masyarakat. Sebab pernyataan presiden bertentangan dengan apa yang disampaikannya dalam pertemuan virtual KTT G20 pada Maret lalu.

Pada pertemuan tersebut secara terbuka presiden mendorong pemimpin negara-negara dalam G20 menguatkan kerja sama dalam melawan Covid-19. Terutama aktif dalam memimpin upaya penemuan antivirus dan juga obat Covid-19. ‘Perang melawan Covid-19’ diksi yang digunakan presiden kala itu. (kompas.com, 27/3/2020)

Belum kelar ‘perang melawan Covid-19’ dan belum jelas hasilnya. Diksi magic ‘berdamai dengan Covid-19’ muncul dan menimbulkan blunder. Bukti inkonsistensi kebijakan presiden terhadap penanganan pandemi Covid-19.

Pernyataan presiden tidak hanya mengundang kritik, tapi juga kekhawatiran. Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Cabang Bekasi, mengaku khawatir dengan pernyataan presiden tersebut. Ketua ARSSI cabang kota Bekasi, Dokter Eko S. Nugroho mengatakan was-was, takut jika pernyataan tersebut diartikan pasrah dan menerima saja kondisi yang ada. Menurutnya, pesan berdamai dengan Covid-19, tetap harus diiringi dengan usaha. (kedaipena.com, 11/5/2020).

Kekhawatiran ARSSI jelas beralasan mengingat hingga saat ini para tenaga medis masih terus berjibaku dengan virus ganas ini. Bahkan tidak sedikit tenaga medis yang terinfeksi dan meninggal akibat terinfeksi. Interaksi langsung dengan pasien Covid-19, kelelahan yang menumpuk, ditambah kurangnya APD membuat tenaga medis beresiko tinggi terpapar Covid-19.

Kebijakan PSBB juga terbukti belum menekan angka kasus positif Covid-19. Data ter-update pada Rabu, 13/5/2020, ada 689 kasus baru yang bertambah dan menjadi angka tertinggi sejak pertama diumumkan pada awal Maret 2020. Sehingga total kasus positif Covid-19 kini sebanyak 15.438 kasus. Presiden sendiri pun bahkan dibuat bingung dengan bertambahnya jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di beberapa daerah. Padahal daerah tersebut sudah menerapkan PSBB. (jawapos.com, 12/5/2020).

Jumlah kasus orang terinfeksi Covid-19 juga diprediksi dapat terus meningkat, seiring wacana pelonggaran PSBB. Hal ini terlihat dari diizinkannya bus AKAP dan KAI beroperasi kembali dengan berbagai syarat dan ketentuannya. Hingga yang terbaru, pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat yang masuk ke dalam katagori kelompok di bawah usia 45 tahun untuk beraktivitas kembali di masa pandemi Covid-19. (detik.com, 13/5/2020).

Membaca paparan tersebut, rasanya terlalu prematur jika kita harus ‘berdamai dengan Covid-19’. Faktanya, Covid-19 masih menjadi musuh ganas yang justru harus dilawan. Sama prematurnya, jika kita menganggap kondisi sudah aman. Mengingat angka yang terinfeksi terus melonjak tinggi.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button