Dunia itu Ladang Akhirat
وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى [الضحى/4]
“Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.”
Para ulama tafsir sepakat yang ‘kemudian’ itu adalah akhirat dan yang ‘permulaan’ itu adalah dunia. Dan penafsiran tersebut tidak ada yang memungkiri. Hanya saja perlu diketahui bahwa kehidupan seseorang di akhirat yang super duper lebih baik itu hanyalah akibat belaka dari kehidupannya di dunia.
Karena itu soal mana lebih penting antara hidup di dunia atau di akhirat, maka jawabannya adalah hidup di dunia lebih penting. Karena saat hidup inilah segala amal shalih masih bisa dilakukan, dan segala angan-angan tentang kebaikan masih dapat ditempuh.
Maka ayat tersebut perlu dimaknai begini, “Bahwa aktifitas manusia yang orentasinya akhirat itu lebih baik daripada amal yang orentasinya hanya untuk kehidupan di dunia saja”.
Sebab memang amalan yang hanya berorientasi dunia hanya berhenti di dunia. Selesai saat ia mati. Sebaliknya amalan yang diniatkan akhirat maka itulah yang sejatinya amal yang akan membahagiakannya di kehidupan akhirat.
Misal, anda punya uang satu juta rupiah. Seratus ribu untuk sedekah jum’at dan sembilan ratus ribu untuk membayar bengkel mobil. Maka yang lebih penting adalah yang 100 ribu, karena ia akan menjadi bekal akhirat. Sementara yang 900 ribu selesai di dunia saja.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas sebagai berikut:
تفسير ابن كثير – (ج 8 / ص 425)
والدار الآخرة خير لك من هذه الدار. ولهذا كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أزهد الناس في الدنيا، وأعظمهم لها إطراحًا،
“Dan negeri akhirat itu bagimu lebih baik daripada negeri ini. Dan karena inilah Rasulullah Saw menganjurkan agar manusia zuhud dari kehidupan dunia dan mengagungkan untuk akhirat.”
Zuhud dari dunia maksudnya adalah jangan menjadikan hidup ini hanya untuk hidup di dunia saja, tetapi lakukan perbuatan yang ada buahnya di akhirat. Itulah amal shalih. Karena dunia adalah ladang untuk beramal. Jika ladang sudah tidak ada maka tidak bisa lagi buat bercocok tanam.