OPINI

Efek Domino Pejuang Kebenaran

Kisah Harriet Tubman seorang budak di Amerika pada akhir abad ke-19 yang melakukan perlawanan seorang diri untuk keluar dari perbudakan yang menindasnya di Maryland, Amerika Serikat, merupakan inspirasi bagi perjuangan membela kebenaran walau hanya dilakukan seorang diri. Harriet kabur dari rumah tuannya dengan hanya bermodalkan pakaian di badan, kelaparan akut berhari-hari, berjalan kaki melalui hutan belantara penuh binatang buas, mendaki bukit dan berenang menyusur sungai menuju Philadelphia dengan jarak hampir lebih 200 Kilometer.

Di Philadelphia, Harriet bergabung dengan organisasi anti perbudakan dan melakukan misi nekat seorang diri untuk kembali ke Maryland demi “menculik” budak budak yang ada di lingkungan lamanya untuk membebaskan perbudakan semena-mena yang dialami oleh saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya. Tekad Harriet dalam memperjuangkan apa yang dianggapnya sebuah kebenaran sungguh menakjubkan, dengan resiko tertangkap atau dibunuh oleh tuannya yang lama, Harrier melakukan 13 kali misi bolak-balik dari Philadelphia ke Maryland melalui berbagai jalur dan taktik berbeda untuk mengecoh para pemburunya.

Misi nekat seorang diri Harriet ini pada akhirnya menjadi inspirasi bagi gerakan perlawanan perbudakan di Amerika Serikat selanjutnya sehingga Harriet mulai diakui sebagai ikon bangsa Amerika yang selama ini selalu direpresentasikan oleh para kulit putih. Walau ia dulunya seorang diri melakukan perlawanan tapi efeknya meluas menjadi inspirasi dan motivasi bagi para budak untuk melawan perbudakan semena-mena di generasi selanjutnya.

Begitu pula dengan kisah pasangan suami isteri Otto Hampel dan Elise Lemme di Berlin, Jerman pada tahun 1940 hingga 1942, Otto dan Elise kecewa berat ketika saudara Elise terbunuh sia-sia dalam peperangan yang dilancarkan oleh Jerman hanya demi ambisi kekuasaan Hitler semata. Sebagai bentuk perlawanan, pasangan suami isteri ini melakukan propaganda perlawanan yang tidak lazim, dengan hanya bermodalkan kartu pos (Post Card) yang dapat dibeli secara umum, kedua pasangan ini merancang serial pesan perlawanan terhadap rezim Hitler yang mereka tuliskan dibalik kartu pos tersebut.

Secara rutin dalam interval beberapa hari, kartu pos yang sudah berisi pesan -pesan ajakan untuk melawan kebrutalan rezim Hitler mereka tebar di pusat-pusat keramaian dan kantor-kantor publik. Secara perlahan tapi pasti, pesan -pesan tersebut banyak mencerahkan banyak pihak dan seringkali dipindahkan posisinya ke tempat keramaian lain oleh pihak -pihak yang merasa simpati untuk meluaskan penyebaran pesan.

Sejak awal kartu pos tersebut ditemukan di tempat publik, Gestapo (Polisi Rahasia Nazi pimpinan Herman Goering) terus mencari sumber penyebar kartu. Beberapa pihak yang dicurigai akhirnya tertuduh dan dieksekusi demi menghentikan penyebaran kartu pos tersebut, tetapi penyebaran tak kunjung padam hingga dua tahun lamanya.

Ketika akhirnya pasangan ini ditangkap, jumlah kartu pos yang disita Gestapo berjumlah 200 kartu pos dengan berbagai variasi pesan perlawanan. Walaupun akhirnya Otto dan Elise dihukum mati, tapi benih – benih perlawanan tersebut terus menjadi inspirasi bagi perlawanan lainnya. Bisa jadi usaha pembunuhan Hitler yang dilakukan oleh para pejabat Militer Jerman seperti Rudolf Christoph di Berlin tahun 1943, Eberhard von Breitenbuch di Berghoff tahun 1944 dan Claus Stauffenber di Wolf’s Lair terinspirasi dari pesan -pesan perlawanan kartu pos tersebut.

Lebih dahsyat lagi adalah kisah perjuangan dakwah seorang diri pemuda yang ada pada kisah Ashabul Ukhdud (Para Pembuat Parit) di negeri Najran, Yaman, dengan keimanan yang paripurna seorang pemuda menentang Raja zalim yang mengaku sebagai Tuhan. Pemuda beriman tersebut yang tidak dapat dibunuh oleh Raja zalim dengan berbagai cara menawarkan kerelaanya dibunuh oleh sang Raja dengan dua syarat yaitu pembunuhan itu harus disaksikan oleh seluruh penduduk negeri dan sang Raja harus menyebutkan nama Allah SWT ketika membunuh/memanah pemuda tersebut.

Pemuda tersebut rela mengorbankan nyawanya untuk dipanah / dibunuh dengan dua syarat tersebut demi tujuan dakwah Tauhid yaitu keimanan kepada Allah SWT. sehingga mayoritas penduduk negeri yang menyaksikan peristiwa tersebut terinspirasi dan beriman kepada Allah SWT walaupun penduduk yang beriman harus dibakar hidup-hidup. Pengorbanan pemuda ini menjadi kisah yang menjadi buah bibir ( masyhur ) hingga generasi selanjutnya dan menjadi inspirasi bagi orang -orang yang mempertahankan keimanan kepada Allah SWT. hingga kini walau kematian yang menjadi taruhan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button