NASIONAL

Presiden Bukan Lambang Negara, Fadli Zon: Tak Usah Berlebihan Tanggapi Mural

Jakarta (SI Online) – Anggota Komisi I DPR RI Fadli Zon turut berkomentar terkait penghapusan mural Jokowi 404: Not Found. Menurutnya, Presiden bukan lambang Negara sehingga hal itu tidak perlu ditanggapi berlebihan.

Melalui akun Twitter, Fadli Zon meminta pemerintah tidak berlebihan menanggapi kritik publik lewat ekspresi seni. Dia menyebut bahwa mural salah satu bagian dari ekspresi budaya.

“Tak usah berlebihan tanggapi mural, lukisan, poster, meme dan ekspresi seni lainnya. Itu bagian dr ekspresi budaya,” tulis Fadli di laman Twitter, dikutip Ahad (15/8/2021).

“Justru respons berlebihan mereduksi hak rakyat utk menyatakan sikap/pendapat atau kemerdekaan berekspresi. Lagi pula Presiden bukan lambang Negara. Katanya demokrasi,” tambahnya.

Sebelumnya, satu karya mural di kawasan Batuceper, Kota Tangerang, Banten mengundang perhatian publik. Karya tersebut menampilkan visual wajah mirip Presiden Jokowi dengan bagian matanya ditutup kelir merah bertuliskan 404: Not Found.

Tidak lama setelah karya ini meluas di media sosial, aparat setempat menghapus gambar tersebut dengan cat berwarna hitam. Aparat bahkan mencari pembuat mural tersebut.

Polisi setempat berdalih tindakan itu diambil lantaran menganggap Presiden sebagai lambang Negara.

Sebagai informasi, budaya kritik masyarakat melalui medium mural itu memiliki sejarah yang panjang.

Melalui penelusuran dari mesin pencari Google, Presiden ke-2 RI Soeharto sempat dibuatkan mural yang relatif kritis bertuliskan ‘Not My Hero’ di bawah gambar wajahnya yang dibuat hitam-putih.

Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tidak lepas dari kritikan yang berangkat dari medium mural tersebut. Pada sosok Gus Dur, masyarakat membikin mural dengan nada tuntutan bertuliskan ‘Bring Back Peace’. Seperti Soeharto, sosok Gus Dur digambar hitam dan putih.

Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga digambarkan dengan warna dominan putih ditimpali garis hitam. Tulisan yang disampaikan melalui mural kepada SBY kala itu berbunyi ‘Turunkan atau Dipermainkan’. []

Artikel Terkait

Back to top button