Fenomena Mamdani dan Pemilihan Wali Kota New York

Kedua, ketidak adilan sosial ekonomi yang semakin membesar. Kota New York adalah pusat modal (uang) dunia. Tapi kekayaan itu hanya dimiliki oleh segelintir warga. Mayoritas warga New York “struggle” untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Karenanya misi kampanye untuk kehidupan yang terjangkau (affordability) dengan rent freeze, free and after bus, universal childcare, dan lain-lain sangat mengena dengan tuntutan hidup masyarakat luas di Kota New York.
Ketiga, warga Kota New York, khususnya kalangan muda dan millennial sudah lama merindukan hadirnya perubahan perpolitikan yang didominasi oleh kaum tua. Para kaum muda dan milenial ini melihat kaum/politisi tua sudah kadaluarsa. Mereka melihat Zohran Mamdani yang baru berumur 33 tahun itu sebagai representasi yang mereka inginkan. Dan Kebetulan pula mayoritas pemilih di kota New York, sekitar 60 persen, adalah kaum muda.
Keempat, kesadaran politik warga imigran yang semakin meninggi. Apalagi dengan pemerintahan Donald Trump yang dianggap “kejam” (harsh) kepada para pendatang. Semua ini mereka lihat tidak saja pada pembelaan Zohran kepada imigran. Tapi Zohran sendiri adalah imigran yang datang ke negara ini di saat berumur tujuh tahun. Karenanya Zohran dilihat sebagai sosok representasi yang sangat ideal bagi warga imigran di perpolitikan New York.
Lima, secara khusus tentunya adalah faktor Komunitas Muslim. Ada sekitar satu juta lebih orang Islam di kota New York. 200,000 di antaranya terdaftar sebagai pemilih demokrat. Hanya selama ini Komunitas Muslim seringkali menganggap partisipasi politik tidak penting. Pada pemilu lalu misalnya, hanya tujuh persen orang Islam yang memilih. Atau kalaupun memilih, biasanya suaranya terbagi-bagi. Kali ini saya berani mengatakan hampir 100 persen suara Komunitas Muslim ke Zohran. Berbagai Masjid dan Islamic Center bahkan menyediakan kendaraan antar jemput ke tempat-tempat pemungutan suara.
Enam, tentunya di atas semua itu adalah faktor Zohran sendiri yang memang sangat fenomenal. Minimal ada dua hal utama tentang Zohran ini. Satu, Zohran memang memilki kemampuan menejerial dan kepemimpinan (leadership) yang handal. Dua, memiliki networkings yang sangat luas khususnya di kalangan muda. Zohran yang dituduh kurang pengalaman oleh Andrew Cuomo, mampu membuktikan bahwa pengalaman itu bukan karena faktor waktu (durasi menjabat). Tapi lebih kepada kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang. Cuomo hanya bisa menahan malu dengan pembuktian ini.
Dengan kemenangan di pemilihan penyisihan calon (Primary Election) Partai demokrat ini, satu pintu kemenangan telah dilalui. Pintu selanjutnya adalah perjuangan untuk memenangkan pemilihan umum (general election) untuk menentukan siapa yang akan menduduki posisi nomor wahid di Kota dunia ini. Akankah mudah bagi Zohran Mamdani (dan kita semua) untuk memenangkan itu? Sudah pasti ada kata mudah dalam perjuangan.
Tapi dalam tradisi New York dan Amerika, semua punya kesempatan yang sama. Dan yang pasti adalah dalam kamus iman: “Engkau yang memiliki kekuasaan dan Engkau yang memberikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki”.
Akhirnya keyakinan itu semakin kuat bahwa saatnya telah tiba, kota New York akan dipimpin oleh seorang imigran Muslim, anak muda yang visionari, berani dan berintegritas.
Dan untuk Andrew Cuomo, ingat baik-baik. Namanya adalah Zohran Mamdani. Make it right!
Manhattan, 25 Juni 2025
Shamsi Ali, A Proud New Yorker.